BIOGRAFI JENDRAL AHMAD YANI


Ahmad Yani adalah salah satu tokoh pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S pada 1965. Ia merupakan jenderal TNI Angkatan Darat, yang masuk di dunia militer pada akhir penjajahan Belanda. Pada masa perang kemerdekaan (1945-1949), kariernya menanjak berkat prestasi-prestasinya di militer. Pada masa itu, peran Ahmad Yani tidak terbatas di medan perang seperti dalam peristiwa Palagan Ambarawa, tetapi juga menjadi delegasi dalam perundingan bersama Belanda, karena ia cakap di bidang diplomasi. Pada 1965, Ahmad Yani sudah menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat letnan jenderal. Ahmad Yani meninggal karena tembakan yang mengenai tubuhnya pada saat Peristiwa G30S yang menewaskan perwira dan sejumlah jenderal TNI AD.

Ahmad Yani berasal dari Purworejo Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Juni 1922, dari pasangan Sarjo bin Suharyo dan Surtini. Melansir laman Pusat Sejarah Tentara Nasional Indonesia, sejak kecil, Ahmad Yani sudah tertarik dan senang bermain perang-perangan. Ia bahkan menjadi ketua kelompok anak-anak di kampungnya karena dikenal sebagai seorang anak yang cerdas dan tangkas. Ketertarikan terhadap dunia militer tumbuh karena lingkungan tempatnya tinggal memiliki banyak kenangan tentang cerita kepahlawanan Pangeran Diponegoro. Pribadi Ahmad Yani menarik perhatian majikan ayahnya, Jans Hulstijn, seorang Belanda yang menjabat sebagai administrateur di Purworejo. Ahmad Yani kemudian diasuh oleh Jans Hulstijn. Dari situlah, ia dapat bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) mulai tahun 1928. Selesai dari HIS, Ahmad Yani melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO) di Bogor, Jawa Barat, selama tiga tahun (1935–1938). Pada 1938, Ahmad Yani berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan studi ke Algemene Middelbare School (AMS) B.

Riwayat karier dan perjuangan Ahmad Yani Pendidikan Ahmad Yani di AMS-B hanya berlangsung hingga tahun kedua. Ahmad Yani mengikuti ketertarikannya di bidang militer ketika Pemerintah Hindia Belanda mengimbau kepada kaum muda untuk turut dalam upaya pembelaan wilayah dari ancaman serbuan Jepang. Ahmad Yani bergabung dalam pendidikan milisi Corps Opleiding voor Reserve Officieren (CORO) angkatan ke-3 tahun 1940. Ia menempuh pendidikan militer di Magelang, Jawa Tengah, pada Aspurant Militan Topografie Dienst (Dinas Milisi Topografi), selama enam bulan. Setelah itu, ia dikirim ke Malang, Jawa Timur, guna mengikuti pendidikan lanjutan selama enam bulan. Pada 1941, Ahmad Yani diperintahkan untuk mengikuti pendidikan basis kemiliteran atau Lerling Kadet Militent Dienst, yang berlangsung selama tiga bulan, di Bogor. Kariernya di dunia militer dimulai ketika ia bertugas di Bandung, Jawa Barat, dengan berpangkat sersan.

Pada Maret 1942, ketika Belanda gagal mempertahankan Indonesia, Ahmad Yani sempat ditangkap oleh tentara Jepang karena menjadi bagian dari pasukan Hindia Belanda, tetapi akkhirnya dilepaskan.

(FN)