Ustman yang Dermawan

Pada suatu hari, khalifah Utsman bin Affan RA, berjalan-jalan ke pelosok pedesaan di Madinah. Dia melihat seorang nenek yang berjalan kepayahan.

"Wahai Nenek, kenapa? Sepertinya nenek sedang sakit?" tanya Utsman prihatin.

"Ah...tidak. Nenek hanya kehausan!" jawab nenek itu.

Sesaat kemudian, Khalifah Utsman melihat seorang bapak separo baya yang menggerutu. "Duh...masa, aku tidak diberi air sih!"

Tak lama kemudian, Utsman melihat seorang pemuda yang marah-marah. "Huh! Masa, air sumur harus dibeli!"

"Wahai saudara-saudaraku, kenapa kalian marah-marah?" tanya Utsman.

"Itu tuh, ketika aku meminta air sumur, pemiliknya meminta bayaran!" jawab mereka kesal.

Khalifat Utsman bin Affan segera mendatangi pemilik sumur. Saat dilihatnya, sang pemilik sumir sedang menjual air sumur, Khalifah Utsman pun bergegas menghampirinya.

"Wahai Yahudi...! Aku akan membeli sumurmu!" kata Utsman.

"Maaf Utsman, aku tidak menjual sumurnya. Aku hanya menjual airnya saja: dua dirham untuk sekali pakai," jawabnya.

"Bagaimana kalau aku membeli sumurmu dengan harga 50 dinar? Jika engkau mau, aku akan menyerahkan uangnya saat ini juga," tawar Utsman.

"Maaf Utsman aku tidak berminat pada uangmu itu!"

"Bagaimana kalau aku beli 100 dinar untuk sumurmu itu?" tawar Utsman lagi.

"Baiklah tetapi hanya setengahnya. Sehari untuk Tuan, sehari lagi untuk saya. Begitulah seterusnya.... Bagaimana, apakah engkau setuju?" jawab si pemilik sumur dengan liciknya.

Utsman berpikir sejenak, Kalau sumur itu tetap dimiliki si Yahudi, orang-orang harus membeli airnya. Kalau sebagian sumur itu dijual kepadanya, Utsman bisa memberikannya secara gratis kepada orang-orang yang membutuhkan. Satu hari untuk Utsman, sehari berikutnya untuk si Yahudi. Demikian seterusnya.

"Baiklah... aku setuju,! jawab Utsman.

Akhirnya, sejak hari itu, Utsman membagi-bagikan jatah air sumurnya kepada semua orang. Besoknya, si Yahudi tetap berjualan air sumur itu.

"Ayo... Tuan-tuan, air sumur murah, hanya dua dirham!"

Namun, tidak ada seorang pun yang mau membelinya karena semua orang menunggu air gratis daru Utsman di hari berikutnya. Akhirnya, si pemilik sumur yang licik itu sadar.

Air sumur tidak selayaknya dia jual kepada orang-orang yang membutuhkan. Dia pun sepenuhnya menyerahkan hak pemanfaatan air sumur kepada Utsman untuk dibagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan.


Sumber:

https://www.haibunda.com/parenting/20230103114442-61-293714/9-kumpulan-cerita-islami-anak-penuh-dengan-pesan-moral