Cerita Sa'id, Ahli Ibadah yang Sahur di Dunia dan Berbuka di Surga

Terdapat sebuah kisah mengenai ahli ibadah yang sahur di dunia kemudian berbuka puasa di surga dengan para bidadari. Lelaki tersebut bernama Sa'id bin al-Harits.
Kisah mengenai Sa'id bin al-Harits ini diceritakan dalam Qiyam Al-Lail wa Al-Munajat 'inda Al-Sahr tulisan Sallamah Muhammad Abu Al Kamal. Ahmad Zacky El-Syafa melalui buku Ia Hidup Setelah Mati 100 Tahun turut menukil cerita tersebut.
Menurut Al-Buldan Futuhuha wa Ahkamuha susunan Syaikh Al Baladzuri terjemahan Masturi Irham dan Abidun Zuhri, Said merupakan pejuang muslim yang turut serta dalam Perang Yamuk. Pertempuran tersebut melawan Kekaisaran Romawi pada 38 H silam.
Dikatakan oleh Hisyam bin Yahya al-Kanni kepada Rafi' bin Ubaidilah "Aku ingin mengisahkan kepadamu sebuah peristiwa yang aku saksikan sendiri, dan Allah menjadikan peristiwa itu berguna bagiku. Mudah-mudahan Allah juga menjadikannya berguna bagimu."
Rafi' bin Ubaidilah lalu meminta Hisyam melanjutkan ceritanya. Kemudian, dikisahkan bahwa Hisyam dan rombongannya tengah dalam perjalanan untuk berperang di Romawi. Mereka berada di bawah pimpinan Maslamah bin Abdul Malik serta berteman dengan penduduk Basrah.
Selama di sana, mereka saling bergantian melakukan pelayanan dan penjagaan hingga menyiapkan perbekalan serta makanan ternak. Di antara pasukan itu, Sa'id bin al-Harits adalah salah satunya. Ia merupakan pribadi yang rajin beribadah, sering berpuasa pada siang hari dan mengerjakan salat malam.
"Kami ingin meringankan pekerjaannya ketika ia mendapat giliran, tetapi ia menolak. Ia tetap menjalankan tugasnya tanpa mengurangi ibadahnya sedikit pun," kata Hisyam.
Hisyam bin Yahya al-Kinani mengaku setiap siang maupun malam melihat Sa'id bin al-Harits sangat sabar dalam beribadah. Bahkan di luar waktu salat atau ketika perjalanan, Sa'd selalu berzikir dan membaca Al-Qur'an tanpa henti.
Hisyam berkata kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu. Dirimu memiliki hak yang harus engkau penuhi, dan matamu juga memiliki hak yang harus engkau penuhi. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Lakukanlah pekerjaan menurut kesanggupan kalian'."
Namun, Sa'id menjawab, "Saudaraku, napas bisa dihitung, umur ada batasnya, dan hari-hari pun akan berakhir. Aku sedang menunggu kematian, dan tak lama lagi nyawaku akan dicabut."
Jawaban tersebut membuat Hisyam menangis. Ia lalu berdoa kepada Allah SWT agar menganugerahkan pertolongan dan keteguhan kepada Sa'id. Hisyam pun meminta Sa'id untuk beristirahat di dalam tenda.
Saat tidur, Hisyam mendengar Sa'id berbicara dan tertawa dengan mata tetap terpejam. Ia berkata,
"Aku tidak ingin kembali," kata Sa'id.
Hal itu ia katakan dalam tidurnya sambil mengulurkan tangan seolah-olah mengambil sesuatu. Kemudian, ia menarik kembali tangannya dengan pelan sambil tertawa. Ia berkata, "Malam ini saja!"
Setelah itu, Sa'id lalu terbangun dengan tubuh gemetar. Ia menengok ke kanan dan kiri, lalu diam hingga kesadarannya pulih. Dia kemudian bertahlil, bertakbir, dan memuji Allah SWT.
Keheranan, Hisyam bertanya kepada Sa'id, "Saudaraku, apa yang terjadi padamu?" Sa'id menjawab, "Aku baik-baik saja, wahai Abu al-Walid!"
Mulanya, Sa'id tidak mau bercerita mengenai apa yang telah ia alami kepada Hisyam. Setelah dibujuk, Sa'id pun mau menceritakannya.
Sa'id bercerita ia didatangi oleh dua orang laki-laki dengan wajah rupawan. Mereka berkata, "Bangunlah agar kami bisa memperlihatkan nikmat yang Allah sediakan untukmu."
Sa'id lalu melihat hal-hal seperti istana dan bidadari-bidadari. Ia berjalan-jalan dalam istana itu sampai ke sebuah kasur yang di atasnya terdapat satu bidadari yang seolah-olah ia adalah permata yang disimpan.
Bidadari itu berkata kepada Sa'id, "Sudah cukup lama aku menantimu."
Sa'id bertanya, "Siapa kamu?"
Bidadari menjawab, "Aku adalah istrimu yang abadi."
Sa'id kemudian mengulurkan tangan kepadanya, tetapi bidadari itu menolaknya dengan lembut seraya berkata, "Bukan sekarang. Sebab engkau masih harus kembali ke dunia."
Sa'id lalu berkata kepadanya, "Aku tidak ingin kembali."
Bidadari itu menjawab, "Engkau harus kembali. Engkau masih harus tinggal di dunia selama tiga hari. Pada malam ketiga, engkau akan berbuka puasa bersama kami. Insyaallah."
Sa'id kemudian berkata, "Malam ini saja!" Namun bidadari itu menjawab, "Perkara ini telah ditetapkan."
Setelah terbangun, Sa'id pun menyadari bahwa ia baru saja tertidur. Ketika pagi harinya, ia langsung menyerang musuh dengan sangat hebat padahal kala itu kondisinya tengah berpuasa.
Sa'id mencari kematian di jalan Allah SWT. Setelah tiba waktu sore ia berbuka. Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama, hingga tibalah hari ketiga.
Ketika matahari hampir terbenam, salah seorang prajurit Romawi melemparkan anak panah dan mengenai Sa'id. Ia pun tersungkur. Hisyam berlari mendekatinya seraya berkata, "Selamat berbahagia! Engkau akan berbuka di istana itu pada malam hari ini. Aduhai, andai saja aku bisa ikut bersamamu."
Mendengar itu Sa'id pun tertawa. Ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kita."
Akhirnya, Sa'id pun syahid dalam keadaan berpuasa. Hisyam langsung mengumpulkan orang-orang dan menceritakan kisah Sa'id lalu bersiap untuk menyalatkannya.
Kabar tersebut sampai ke Maslamah bin Abdul Malik. Ia meminta orang yang mengetahui ihwal Sa'id untuk menjadi imam salat jenazahnya.
"Aku pun mengimami salat jenazahnya," ungkap Hisyam.
Dalam syahidnya, Sa'id sedang berbuka bersama bidadari di surga. Wallahu a'lam.
Sumber: