Penguatan Praktik Calon Guru
Penguatan praktik calon guru di lapangan harus terus digencarkan. Setelah dalam kurun waktu tertentu para calon guru melakukan praktik, para calon guru akan langsung mengajar di sekolah. Mereka akan diuji kembali dimana prosesnya merupakan sertifikasi guru yang sesungguhnya. Rekruitmen calon guru ke depan harus dilakukan dengan cara terbatas, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Misalkan saja apabila di suati wilayah provinsi guru yang akan pensiun tahun 2025 adalah sebanyak 554 orang maka yang direkruit kuotanya tahun 2024 adalah sebanyak 554 orang. Rekruitmennya harus dilakukan dengan terbuka dan transparan. Diakui banyak pihak bahwa sistem rekru\tmen guru yang dilakukan sekarang ini mirip seperti “marketplace” .
Beragam kritik di emdia sosial tentang rekruitmen sebab dianggap menyetarakan profesi guru dengan barang berjualan online. Kendati demikian sistem yang telah viral ini layak dijadikan sebuah terobosan dalam bidang rekrutmen guru. Rekrutmen guru ke depan dan masa mendatang dengan penguatan praktik dilapangan harus lebih banyak dilakukan. Bila perlu dilakukan sistem penilaiannya dengan sistem silang dan ketat. Kendati pun kelak calon Guru PPG nya berada di LPTK tempat dimana mereka mengikuti PPG bisa saja mereka diuji oleh dosen-dosen LPTK Universitan Negeri Jakarta (UNJ) ataupun Universitas Negeri Semarang. Fakta dilapangan terbukti banyak lulusan S1 kependidikan yang langsung terjun ke sekolah untuk mengajar. Padahal fresh graduate bergelar sarjana pendidikan (S.Pd.) tidak bisa serta merta disebut sebagai guru profesional. Guru profesional adalah guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik melalui pendidikan profesi. Setelah memperoleh gelar sarjana pendidikan, sebaiknya para alumni keguruan mengikuti seleksi guru profesional melalui PPG Prajabatan. Calon guru yang lulus dan mengikuti PPG nantinya akan dibiayai oleh pemerintah melalui Kemdikbudristek.
Namun, seleksi yang dilakukan sangat ketat karena dibatasi oleh kuota maupun anggaran. PPG Prajabatan merupakan program pendidikan profesi untuk mencetak generasi baru guru-guru Indonesia yang memiliki panggilan hati menjadi guru, profesional, komitmen menjadi teladan, cinta terhadap profesi, dan pembelajar sepanjang hayat. PPG Prajabatan diselenggarakan bagi lulusan sarjana atau sarjana terapan maupun Diploma IV baik dari jurusan pendidikan maupun non kependidikan bagi calon guru untuk mendapat sertifikat pendidik. Perjalanan menjadi Generasi Baru Guru Indonesia dimulai dengan tahap seleksi dan mengikuti rangkaian Program Pendidikan Profesi Guru selama dua semester yang terdiri dari perkuliahan, praktik kerja lapangan, proyek kepemimpinan, dan pendampingan.
Program PPG bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme calon guru dalam mengajar, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan siswa serta stakeholder pendidikan lainnya. Melalui PPG Prajabatan, peserta akan mendapatkan pembekalan berbagai strategi pengajaran, pemahaman tentang kurikulum terkini, manajemen kelas yang efektif, serta wawasan tentang berbagai isu dan tren dalam dunia pendidikan. Peraturan terbaru PPG tahun 2023 mengacu pada Permendikbud Ristek No 54 tahun 2022 yang membahas mengenai tata cara untuk memperoleh sertifikat pendidik bagi seorang guru dalam jabatan.
Penguatan praktik para calon guru yang mengikuti PPG setidaknya mengacu pada model-model pembelajaran di Abda 21. Sebab model-model pembelajaran abad 21 dipandang potensial untuk mengintegrasikan teknologi dan luwes diterapkan pada berbagai tingkatan usia, jenjang pendidikan dan bidang studi, guru dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Model-model pembelajaran itu yakni discovery learning. Discovery learning adalah belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan pembuktian. Kemudian Pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek memiliki target tertentu dalam bentuk produk dan peserta didik merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu oleh pertanyaan menantang. Peserta didik bisa mengikuti tahapan pembelajaran seperti eksplorasi ide, mengembangkan gagasan, merealisasikan gagasan menjadi prototipe produk, melakukan uji coba produk, dan memasarkan produk.
Dalam prosesnya peserta didik bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi bagi upaya pengembangan gagasan, membuat sketsa produk menggunakan software tertentu, menguji produk melalui respon pasar dengan google survey dan sebagainya. Selanjutnya adalah Pembelajaran Berbasis Masalah. Belajar berdasarkan masalah dengan solusi “open ended”, melalui penelusuran dan penyelidikan sehingga dapat ditemukan banyak solusi masalah. Peserta didik bisa mengeksplorasi lingkungan memanfaatkan sumber-sumber fisik diperkaya sumber-sumber digital, menggali pengalaman orang lain atau contoh nyata penyelesaian masalah dari beragam sudut pandang. Peserta didik terlatih untuk menghasilkan gagasan baru, kreatif, berpikir tingkat tinggi, kritis, berlatih komunikasi, berbagi, lebih terbuka bersosialisasi dalam konteks pemecahanmasalah. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL). SDL merupakan proses di mana insiatif belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan strategi belajar, dan mengevaluasi belajarnya sendiri.
Peserta didik belajar mandiri mengeskplorasi tutorialnya melalui youtube, menerapkan, dan mengevaluasi kemampuannya. Pembelajaran kontekstual (melakukan). Seorang guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik menangkap makna dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru dengan pegetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki. Guru menginginkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman bermakna yang mendalam dan dapat mengkaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Bermain peran dan simulasi. Peserta didik bisa diajak untuk bermain peran dan menirukan adegan, gerak/model/pola/prosedur tertentu. Pada tataran lebih kompleks membuat cerita sendiri kemudian memperagakannya dengan bermain peran. Selanjutnya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk pembelajaran berdasarkan faham kontruktivistik. Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa teknik cooperative learning yang akan dijelaskan disini, empat teknik yang pertama di antaranya dikembangkan Robert Slavin (1991) yakni STAD, TGT, TAI, dan CIRC. Termasuk juga Pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk peserta didik yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi bisa dilakukan dengan bantuan teknologi misalnya melalui dialog elektronik, teknologi untuk menengahi dan memonitor interaksi, dimana masing-masing pihak memegang kendali dirinya dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Fasilitasi bisa diberikan oleh guru, ketua kelompok pelatih online maupun mentor. Terakhir adalah Diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman serta untuk melatih komunikasi lompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yangihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa karena lebih banyak siswa yang dilibatkan. Jumlah kelompok diskusi antara empat sampai lima orang. Metode diskusi digunakan untuk melatih kecakapan berpikir, kecakapan berkomunikasi, kemampuan kepemimpinan, debat, dan kompromi.