Pesan dari Ibu

Karya: Azharia
Embun di pagi buta, ibu membangunkan Tiara dan Tito untuk segera bergegas
berangkat sekolah. Tiara dan Tito sedang rapi-rapi untuk pergi ke sekolah
sedangkan ibu mempersiapkan sarapan untuk Tiara dan Tito.
Setiap hari Tiara dan Tito pegi ke sekolah berjalan kaki, terkadang mereka
dianterin oleh ayahnya menggunakan motor. Ibu setiap hari berjualan kue
keliling dari daerah rumah sampai pasar, sedangkan sang ayah bekerja sebagai
tukang ojek.
Tiara sekarang duduk di bangku 7 SMP, sedangkan Tito duduk di bangku 5 SD. Tito
anak yang sangat pintar dari kelas 1 sampai sekarang ia sering mendapatkan
ranking, sampai-sampai ia ikut lomba matematika dan mendapatkan juara 2. Tiara
juga anak yang pintar ia sering mendapatkan ranking 1, ia juga pernah ikut
lomba IPA, matematika. Sekolahan Tiara dan Tito berdekatan.
Ibu berangkat berjualan kue, harga kuenya cukup murah dari harga Rp 2.000
sampai harga Rp 4.000. Setiap berjualan ibu membawa 50 kue dan terkadang juga
lebih membawa kuenya. Kue ada yang titipan orang, dan sebagian buatan ibu.
Sebelum berangkat berjualan ibu mengambil kue titipan Bu Jidah. Hasil jualan
tersebut ibu tabung untuk biaya kuliah anaknya. Ibu pun mulai berjualan
keliling, dari daerah rumah sampai pasar tapi sayangnya dari tadi tidak ada
yang membeli kue ibu.
Adzan zuhur berkumandang, ibu pun bergegas untuk salat zuhur. Ibu meninggalkan
kue di depan masjid. Saat ibu sedang salat, banyak orang yang membeli kue
tersebut. Ibu tidak mengkhawatirkan kue yang ada di depan masjid, ibu pun tetap
melanjutkan salat. Selesai salat ibu berdoa, "Ya Allah, semoga Tiara dan
Tito bisa menjadi anak yang soleh dan sholeha. Dan semoga mereka bisa jadi anak
yang sukses, bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Amin."
Selesai berdoa bahu ibu dipegang oleh seorang wanita cantik. Wanita itu membawa
kue yang ibu jual ke dalam masjid. "Permisi bu, ini dagangan ibu
bukan?" tanya wanita tersebut.
"Iya ini dagangan saya. Maaf, neng ini siapa ya, saya nggak pernah liat
neng di sini?" jawab ibu sambil heran.
"Saya Tina bu, kebetulan tadi saya abis pulang kuliah. Saya mampir dulu ke
masjid untuk salat, pas saya pengen masuk ke masjid, saya melihat dagangan kue.
Sebelum salat saya jualin kue ibu, dan Alhamdulilah kue ibu habis," jawab
Tina.
"Terima kasih ya neng, udah jualin kue saya, ini buat neng karena neng
sudah bantu saya jualan kue," jawab ibu sambil memberi uang ke Tina.
"Tidak usah bu, saya ikhlas membantunya," jawab Tina.
"Ya udah ya neng, saya duluan," ucap ibu.
"Iya bu, hati-hati di jalan," jawab Tina.
Ibu pun pulang ke rumah, sesampai di rumah ternyata sih Tiara dan Tito sudah
sampai duluan sebelum ibu pulang.
"Ibu ke mana aja sih, dari tadi kita tuh cari ibu ke mana-mana,"
tanya Tiara dengan kesal.
"Ibu tadi salat dulu di masjid," jawab ibu dengan sabar.
"Ya udah, sekarang makanannya mana?" tanya Tiara.
"Jangan makanan yang kemarin ya!" ucap Tito.
"Kalo makanan tadi pagi mau gak, Nak?" tanya ibu.
"Kenapa sih, setiap hari pasti ibu bilang makanan tadi pagi mau gak nak
gak ada kata-kata lain apa?" sentak Tiara.
"Udah makan seadanya aja ya, Nak," jawab ibu dengan sabar.
Tiara pun menuju meja makan bersama Tito, sedangkan ibu masuk kamar. Di kamar
ibu menangis "Kenapa anak-anakku durhaka ya Allah, apa salahku?"
Di saat ibu sedang menangis, Tiara memanggil ibu dengan suara lantang
"Ibu... ini masakan udah basi tau."
Ibu pun menuju ruang makan sambil menghapus air mata. "Ada apa Tir?"
tanya ibu.
"Ini tuh makanan udah basi, masih aja disimpan," sentak Tiara.
"Tadi pagi baru ibu masak nak," jawab ibu.
"Ibu duduk sekarang, Ibu coba makanan tadi pagi masih enak atau gak?"
sentak Tiara.
Ibu pun mengikuti perintah tiara, ibu pun duduk dikursi dan ibu juga memakan
mkanan tadi pagi. Ibu tidak bisa tahan nangis, disaat ibu makan ibu
mengeluarkan air mata dan hati ibu sangat pedih dimarahi oleh anaknya sendiri.
"Ibu kenapa nangis?" Tanya Tiara.
"Ibu gak papa kok," jawab ibu.
"Kalo ibu gak papa kenapa nangis, sekarang habisin tuh makanan,"
sentak tiara. Ibu pun menghabiskan makanan tadi pagi.
"Sekarang Tiara mau tidur dulu, dan satu lagi jangan ganggu," sentak
Tiara. Ibu hanya mendengarkan apa yang Tiara kata kan, hampir setiap hari ibu
disentak Tiara, tapi ibu tetap sabar dan tabah.
Adzan ashar berkumandang, ibu membangunkan tiara "Tir, bangun udah ashar.
Salat dulu Tir," ucap ibu, tapi tiara tidak bangun dari tidurnya.
Hari esoknya, Tiara dan Tito berangkat sekolah tanpa pamitan. Sedangkan ibu
hari itu sedang sakit gara-gara makanan kemarin. Tapi ibu menahan sakitnya di
depan anak-anaknya. Ibu menjalankan tugas-tugasnya seperti biasa. Ibu mulai
berjualan keliling meskipun ibu sedang sakit tapi ibu terus berjuang demi
anak-anaknya. Saat ibu sedang berjualan, ibu kena lemparan batu di bagian
kepala. Kepala ibu berdarah, dan ibu ditolong oleh warga. Ibu pun dibawa ke
rumah sakit. Sudah satu jam ibu tidak sadarkan diri.
Tiara dan Tito sudah pulang sekolah mereka mencari-cari ibu "Ibu, Ibu di
mana sih. Kebiasaan banget hilang," ucap Tiara dengan kesal.
Salah satu seorang warga lewat depan rumah tiara dan tito, warga tersebut
menghampiri Tiara dan Tito, "Tiara ibumu masuk rumah sakit," ucap
warga.
"Ibu masuk rumah sakit, gak mungkin ibu masuk rumah sakit?" jawab
Tiara.
"Kata dokter ibumu keracunan makanan, dan kepala ibumu juga
berdarah," ucap warga.
Tiara dan Tito pun ikut salah satu warga ke rumah sakit. Sesampai di rumah
sakit, Tiara dan Tito pun kaget melihat kondisi ibunya. Tiara dan tio pun masuk
ke ruangan.
"Ibu, sadar Bu, maafin Tiara kalo selama ini suka ngebentak Ibu,"
ucap Tiara.
"Bu... Tito sayang ibu, ibu jangan tinggalin Tito," ucap Tito.
"Tiara juga sebenarnya juga sayang Ibu, Tiara bukan anak durhaka Bu,"
ucap Tiara.
Ibu menyadarkan diri. "Tiara, Tito, ibu sudah tidak kuat lagi," ucap
ibu.
"Ibu kenapa ngomong seperti itu?" tanya Tito.
Ibu menyuruh Tiara dan Tito mendekat, "Tiara Tito, ibu mempunyai pesan
untuk kalian, dan tolong pesan ini disimpan baik-baik di hati kalian."
"Ibu ingin kalian jadi anak yang sukses, selalu ingat kepada Allah, selalu
berbuat baik, kalian harus saling membantu. Maafkan ibu selama ini ibu belum
bisa mendidik kalian menjadi anak yang benar. Dan satu lagi Tiara kamu tolong
jagain Tito, dan Tito tolong jagain kakak Tiara," ucap ibu.
Ibu pun menutup matanya untuk selama-lamanya. "Ibu.. Ibu...," panggil
Tiara sambil menangis.
"Ibu bangun Bu, Tiara gak mau ditinggal ibu," Tito menangis tak kalah
kencang.
Raja siang keluar dari ufuk utara, ibu dimakamkan di dekat rumah. Tiara dan
Tito masih menangis sejak tadi. Tito mengadzankan mayat ibunya. Sesudah
dikubur, semua orang sudah pulang, kecuali Tito, Tiara dan paman. Tiara dan
Tito menyesal apa yang terjadi selama ini.