Kekuatan Ekor Biru Nataga

Karya: Ugi Agustono
Seluruh pasukan Nataga sudah siap
hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di
titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah
dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah
besar Tana Modo akan terukir di hati seluruh binatang. Mereka akan berjuang
hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai
terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah
pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak
panik.
Pasukan siluman serigala mulai
menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar
dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan
kesombongan, disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan.
Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang
menunggu aba-aba dari Nataga.
“Serbuuuu…!” teriak Nataga
sambung-menyambung dengan seluruh panglima.
Pasukan terdepan dari
binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola
api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh
di pihak serigala karena lemparan bola api.
Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok
serigala langsung mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang.
Mereka tertawa mengejek binatang-binatang ketika banyak bola api yang padam
sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka, mereka meniup
bola api yang terbang menuju arah mereka.
“Hai….! Tak ada gunanya kalian
melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh
amarah.
Binatang-binatang tidak putus asa.
Namun, pasukan serigala dalam jumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan
binatang, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang
mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan
gertakan para serigala.
“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!”
bisik Dewi Kabut di telinga Nataga.
Nataga sempat bingung dengan
kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi
aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan.
Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang
seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak,
ekor Nataga mengeluarkan api besar. Nataga mengibaskan api pada ekornya yang
keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para
tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.
Kepungan api semakin luas.
Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik
dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak
memberi ampun kepada para serigala licik itu.
Selesai pertempuran Nataga segera
menuju ke atas bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia,
Sikka, dan Mora memandang Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan
hormat dan bahagia.