Nia in Wonderland


 

Aku baru saja tersadar dan aku terkejut aku ada di mana sekarang? Padahal beberapa saat yang lalu aku sedang tidur di kamarku sambil membaca buku. Tapi sekarang aku berada di tengah hutan.

 

Aku berjalan tanpa arah, mengikuti jalan setapak yang ada di depanku, entah ada di mana aku sekarang, tapi yang jelas aku takut. Aku melihat seseorang sedang membelah kayu dengan kapaknya di di depan mataku, seorang anak yang mengayunkan kapaknya ke arah kayu hingga menimbulkan bunyi nyaring, “TAK!!!” Dia melakukannya berulang-ulang, aku menyipitkan mataku, untuk melihat jelas wajah anak itu dan sepertinya aku mengenalnya. Dia adalah temanku Jerry, aku memanggilnya dengan suara lantang dan dia menoleh. Aku segera menghampirinya, perasaanku sangat senang karena setidaknya ada orang yang aku kenal.

 

“Siapa kau?”, ucap Jerry kaget.

 

“Ini aku Nia, teman satu kelasmu,” kataku.

 

“Maaf aku tidak mengenalmu,” jawabnya.

 

Aku terkejut saat mendengar jawabannya, entah apa dia mungkin terkena amnesia. Aku akan menanyakannya sekali lagi, tetapi saat aku ingin bertanya aku mendengar suara teriakan, di ujung sana aku melihat kobaran api yang menyala-nyala menimbulkan asap pekat yang melambung di udara. Aku tersentak.

 

“Ayo ikut aku,” tiba-tiba Jerry tersentak, dia menarik pergelangan tanganku dan mengajaku berlari.

 

“Kita mau ke mana?” Tanyaku.

 

“Kita akan ke desa tempat tinggalku,” sahutnya.

 

Aku hanya terdiam mendengar jawabannya, dan kakiku terus berlari di atas rumput hijau, dan kami sampai di desa itu.

 

Aku terkejut saat melihat keadaan desa telah hancur, porak-poranda, kepingan bangunan di mana-mana, kobaran api yang menari-nari, mayat-mayat yang bertebaran seperti daun-daun di musim gugur, dan yang melakukan itu semua adalah raksasa besar yang ada di hadapan kami. Raksasa hijau itu sangat menakutkan dia menatap Jerry dan aku dengan mata merah seram.

 

Jerry menyuruhku bersembunyi dan aku menuruti apa maunya. Jerry berlari dengan gagah berani dia berlari ke arah makhluk besar hijau itu, dan baju Jerry berubah menjadi baju seorang kesatria. Jerry terbang dia mengarahkan kapaknya yang bercahaya ke arah monster itu, namun dia berhasil menangkisnya, dan dia menembakan laser dari matanya. Laser itu mengenai Jerry hingga dia terluka dan terjatuh ke tanah, dan monster itu ingin menginjak Jerry dengan kaki besarnya. Aku memejamkan mata karena tidak ingin melihat pemandangan ini.

 

Tiba-tiba ada suara muncul di kepalaku suara yang menyuruhku untuk menyelamatkan Jerry. Aku kembali membuka mataku dan melihat tubuhku mengeluarkan cahaya sesaat setelah cahaya itu hilang. Baju piyama yang tadi aku kenakan berubah menjadi baju dress biru yang indah, tapi yang membuat aku terkejut kini aku memiliki sayap di punggungku.

 

Aku masih takut dengan monster itu tapi aku harus menyelamatkan Jerry, aku terbang dengan sayapku. Tiba-tiba muncul sebuah busur panah di tanganku, aku belum pernah memanah sebelumnya tapi apa salahnya aku mencoba. Aku membidik tepat di matanya dan melesatkan anak panah yang bercahaya itu. Dan monster itu pun lenyap.

 

Aku berhasil mengalahkannya, aku kembali ke wujud semulaku. Saat aku menghampiri Jerry tiba-tiba tubuhnya menghilang, semuanya menghilang dan turun hujan. Aku pun tersadar bahwa semua hanyalah mimpi, aku terbangun dan merasakan celanaku yang basah bukan karena hujan tapi karena aku mengompol. Mungkin inilah akibatnya jika tidak berdoa sebelum tidur.