Ular dan Tikus

Di sebuah gurun pasir tandus, hidup
seekor ular yang sedang kelaparan. Hanya saja ketika ia sedang kelaparan,
sayangnya ia tidak memiliki makanan sedikitpun.
Sementara di sisi yang lain, hidup
seekor tikus. Keberadaan tikus tersebut tidak jauh dari ular. Akan tetapi
berbeda dengan ular yang kelaparan, si tikus terlihat sedang sangat asyik
menyantap makanannya.
Karena merasa sangat lapar sementara ular melihat tikus yang sangat asyik
dengan makanannya, saat itu juga ia sebenarnya ingin memangsa tikus. Sementara
tikus berusaha mencari akal supaya ular tidak lagi berniat memangsanya.
Menurut ular apa yang dilakukan
tikus sangat angkuh. Ular tidak senang dengan hal itu. Apalagi tikus terkesan
seperti menari – nari di atas penderitaan ular yang tidak menemukan makanan
sementara tikus dengan asyiknya makan sambil berlenggak – lenggok.
Ular pun mendekati tikus yang sedang
makan dan mengucapkan sesuatu, “Dengarkan ucapanku wahai tikus yang angkuh! Aku
pasti akan mendapatkan tubuhmu yang lezat dan mungil itu. Camkan saja!”
Tikus pun dengan tidak takut bersuara, “Hai ular, kalau begitu berusaha dan
kejarlah aku! Jangan kau hanya beraninya mengancam saja. Kalau kau hanya bisa
mengancam, seekor semut pun bisa melakukannya bahkan lebih baik.”
Mendengar apa yang dikatakan tikus,
ular pun menjadi sangat marah. Namun ia memilih kembali ke sarangnya dengan
perut lapar sementara tikus masih dengan asyik menyantap makanannya.
Waktu pun terus berjalan namun ular tidak juga menemukan makanannya. Ia juga
enggan untuk keluar dari sarangnya. Sementara itu, tikus sudah terlelap di
dalam sarangnya karena kekenyangan. Akhirnya ular memutuskan untuk mendekati
tikus yang tertidur pulas.
“Tikus, aku sudah ada di sampingmu
dan siap untuk menyantapmu!” ular berseru untuk mengancam.
Namun bukannya merasa panik, tikus yang baru saja bangun dari tidurnya tersebut
malah berpura – pura menguap. Namun dibalik ketenangan yang ia tunjukkan itu,
tikus mulai memutar otaknya agar bisa lolos dari cengkraman dan hasrat ular
yang ingin menyantapnya.
“Hah? Tunggu dulu sahabatku! Kalau
kau memang ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kamu pasti tahu kalau kita
hanya berdua di sini dan tak ada hewan lain. Kalau kamu memakanku, itu artinya
kau akan tinggal sendiri di sini dan kesepian tak punya teman. Tak ada yang
dapat kau ajak untuk mencari makan dan setelah kau kenyang karena aku maka kau
akan kelaparan dalam jangka waktu yang panjang dan akhirnya mati juga. Kau mau
itu?”
Sejenak ular berpikir dan terdiam.
Ia mencoba untuk merenungkan nasihat tikus.
“Jadi kita tidak bisa hidup
sendiri?” kata ular kepada tikus.
Tikus pun menjawab “Iya, benar.
Makhluk hidup itu tak dapat hidup sendiri.”
Ular pun melanjutkan, “Bagaimana
kalau kita berteman dan kita mencari makan bersama. Bukankah itu akan lebih
menyenangkan daripada nantinya kau malah mati karena kesepian setelah memakanku
karena tak ada yang kau makan dan kau ajak cari makan”
Ular pun setuju dengan pendapat
Tikus. Tikus memaafkan ular dan mereka bersahabat dengan Bahagia. Mereka pun
selalu kesana kemari bersama untuk mencari makan bersama – sama.
Pesan Moral: Kita harus bisa tetap tenang dan
berpikir jernih dalam menghadapi masalah.