Kancil, Semut, dan Cicak Badung

Di sebuah hutan tinggallah seekor
kancil bersama dengan sekelompok semut. Mereka berteman sangat baik. Suatu hari
ketika kancil dan sekelompok semut sedang bermain di tepian sungai, mereka
melihat ada sebuah pohon apel yang buahnya terlihat matang.
Dengan segera kancil menghampiri
pohon apel dan menyundul buah apelnya agar berjatuhan. Kemudian buah apel yang
berhasil disundul diletakkan di tepian sungai. Para semut pun bergotong royong
membawa buah apel tersebut ke tempat yang nyaman untuk beristirahat.
Setelah semua buah apel terangkut,
mereka pun makan buah bersama–sama. Hanya saja ketika mereka sedang asyik
menikmati buah apel hasil buruan, datang seekor cicak yang tiba–tiba saja
mengambil beberapa buah apel yang masih belum dimakan. Cicak kemudian kabur
dengan cepat.
Ternyata aksi tersebut terlihat oleh
beberapa semut hingga semut yang melihat pun langsung berteriak, “Pencuri!
Pencuri! Ada pencuri!”
Mendengar teriakan semut yang keras,
Kancil terkejut bukan main. Ia pun mencari tahu siapa pencuri yang dimaksud dan
ternyata pencuri yang dimaksud semut adalah cicak badung yang selalu membuat
ulah.
Salah satu kawanan semut mulai
berbicara, “Kancil bagaimana ini? Ia pasti besok akan datang lagi untuk mencuri
hasil buruan kita”
Kancil pun menjawab lantang, “Sudah,
kalian tak perlu bersedih lagi. Aku punya cara untuk membuat Cicak badung jerah
dengan apa yang sudah diperbuatnya kepada kita”.
Kancil pun mengungkapkan ide
rencananya kepada semut yaitu kancil punya ide untuk mengganti buah apel dengan
makanan lain yang berwarna merah yaitu cabai. Jadi yang akan dicuri oleh cicak
badung nantinya bukan apel melainkan cabai.
Semut pun setuju dengan rencana
Kancil dan keesokan harinya mereka mencari pohon cabai berwarna merah di
sekitar hutan dan kemudian memetiknya. Kemudian cabai hasil buruannya itu
dibawa ke tempat mereka istirahat.
Ternyata, rencana tersebut berhasil.
Cicak badung datang menghampiri tempat tinggal kawanan semut dan diam – diam
berusaha mengambil benda berwarna merah yang terletak di pinggir. Cicak belum
tahu kalau benda berwarna merah tersebut bukan apel melainkan cabai merah.
Setelah Cicak mengambilnya,
terdengar suara beberapa semut yang tertawa. Cicak sebenarnya menyadari
keanehan tersebut. Ia berpikir, “Kemarin ketika aku mengambil makanan mereka,
mereka sedih. Kenapa sekarang mereka tertawa ya?”
Cicak tak ingin ambil pusing, di
tempatnya ia langsung menyantap cabai merah itu dengan puas lalu ketiduran
karena kekenyangan. Esoknya, cicak yang penasaran berusaha mencari tahu mengapa
semut tertawa ketika makanannya diambil.
Cicak pun mencari tempat yang aman
untuk menguping. Di pertengahan hari, semut membuka pembicaraan kepada Kancil,
“Cil, sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti sekarang kepedasan setelah
memakan cabai merah yang dicuri kemarin”.
Mereka pun tertawa terbahak – bahak.
Mendengar hal tersebut, cicak merasa tertipu. Namun sebelum cicak pergi dari
tempatnya menguping, kancil memberi tahu bahwa kemarin dirinya menukar cabai
dengan buah strawberry.
Mendengar itu keluar dari mulut
Kancil sendiri, semut pun kecewa. Namun Kancil menjelaskan alasannya. “Aku
sengaja menggantinya karena aku rasa kalau cicak akan mencuri lagi jika ia
sadar yang diambilnya adalah cabai merah. Karena itu aku menukar dengan strawberry
agar cicak tidak datang ke sini lagi.”
Kancil melanjutkan, “Besok aku akan
menemui cicak dan membawakannya satu keranjang buah strawberry dan sekaligus
memintanya untuk tidak mencuri makanan kita lagi”.
Mendengar hal tersebut, semut pun
mengangguk tanda setuju dan paham maksud Kancil. Cicak yang menguping pun
menangis mendengar pembicaraan kancil dan para semut. Ia akhirnya meminta maaf
dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Setelah saat itu, akhirnya mereka
menjadi teman akrab dan memutuskan untuk mencari makanan bersama – sama.
Pesan Moral: Perbuatan jahat tidak
harus dibalas dengan perbuatan jahat pula. Kita bisa memilih bersikap bijaksana
untuk membuat orang lain sadar akan kesalahannya. Selain itu, cerita fabel
hewan ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil barang yang bukan milik kita.
—