Obat Bosan dari Nenek

Oleh: Widya Suwarna
Ayah dan Ibu belum pulang dari
kantor. Mbak Asti dan Mas Pur pergi kuliah. Kawan bermain Lili, Oni sedang
sakit kuning. Vita, tetangga sebelah sedang pergi ke rumah saudaranya. Nah,
tinggal Lili dan Mbok Nah yang ada di rumah. Mbok Nah sibuk menyetrika.
Lili merasa kesal dan bosan. PR
sudah selesai. Dia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Biasanya dia bisa
bermain dengan Vita atau Oni.
“Sudah, tidur saja Li!” usul Mbok Nah.
“Ah, orang tidak mengantuk disuruh
tidur!” Lili menggerutu. “Atau main ke rumah Dede? Biar Mbok antarkan!” Mbok
Nah menawarkan.
“Malas ah, rumahnya jauh. Biasanya
jam empat begini dia belum bangun. Dia ‘kan harus tidur siang setiap hari!”
Lili menolak. Tiba-tiba Lili mendapat gagasan. Dia pergi ke kamar Ibu dan
menelepon Nenek.
Sesudah bercakap-cakap sejenak, Lili
mulai mengeluh, “Nek, kalau tiap hari begini Lili bisa mati. Bosannya setengah
mati. Vita pergi, Oni sakit. Di rumah tak ada siapa-siapa!” “Wah, wah, jangan
sebut-sebut mati. Bosan itu ‘kan penyakit yang paling gampang diobati. Sudah
setua ini Nenek tak pernah merasa bosan!”
“Tentu saja. Cucu-cucu yang tinggal
sama Nenek segudang. Di sana ‘kan selalu ramai. Di sini sepi!”
“Selalu sepi tidak enak, selalu
ramai juga tidak enak. Nah, begini saja. Kamu sabar sebentar. Nenek akan segera
datang membawakan obat untuk penyakit bosanmu!”
“Baiklah, cepat datang, ya Nek!”
kata Lili dengan gembira dan meletakkan gagang telepon. Dalam hati Lili
bertanya-tanya seperti apa kiranya obat bosan itu.
Kalau berbentuk pil, wah, lebih baik
tidak usah saja. Kalau berbentuk permainan, nah ini lebih asyik. Tetapi, mainan
pun lama-lama bias membosankan.
Sambil menunggu Nenek datang, Lili
mendekati Mbok Nah lagi. “Mbok, Mbok, Nenek mau datang membawakan obat bosan.
Tahu tidak Mbok, obat bosan itu seperti apa sih?” Mbok Nah tertawa, lalu
menggeleng-gelengkan kepala.
“Lili, Lili, mana ada sih obat
bosan? Ada juga obat batuk, obat sakit perut, obat flu. Kalau Mbok Nah bosan,
obatnya sih gampang saja. Stel saja kaset dangdut. Hilang sudah rasa bosannya!”
kata Mbok Nah.
Sekarang Lili yang tertawa. “Kalau
saya sih tambah bosan mendengar kaset lagu dangdut. Kaset lagu anak-anak saja,
paling seminggu enak didengar. Sesudah itu bosan saya mendengarnya!” kata Lili.
“Ya, sudah. Kesukaan orang ‘kan Iain-Iain.
Kita lihat saja nanti, Nenek bawa obat bosan yang bagaimana!” kata Mbok Nah.
Empat puluh menit kemudian Nenek datang. Lili menyambutnya dengan gembira.
Nenek mengeluarkan beberapa buah buku dari tasnya.
“Yaaa, obat bosannya bukuuuu. Lili
kan malas baca buku!” seru Lili dengan kecewa.
“Hei, kamu belum tahu nikmatnya
membaca buku rupanya. Kalau sudah senang membaca, kamu tidak akan pernah merasa
bosan lagi. Nah, sekarang coba kamu baca buku yang ini!” kata Nenek sambil
memberikan sebuah buku cerita bergambar.
“Kalau tebal, malas ah bacanya!”
kata Lili dengan segan. “Tidak, ini cuma 24 halaman. Tiap halaman ada gambarnya
dan teksnya sedikit. Ceritanya tentang beruang kecil. Bagus, Iho! Anak-anak di
berbagai negara sudah membaca buku ini!” Nenek memberi semangat.
Lili mulai membaca. Eh, ternyata
menarik juga. Nenek tersenyum dan berkata, “Kamu sudah kelas empat. Sayang
sekali kamu belum mengenal banyak cerita yang bagus. Sebetulnya buku bukan
hanya buku cerita, tetapi ada juga buku tentang berbagai pengetahuan. Misalnya
kamu mau tahu asal minyak tanah, atau cara kerja tukang pos, atau tentang
menanam bunga atau apa saja, semua ada bukunya!”
“lya, Nek? Kalau buku cara membuat
mainan dari kertas, ada tidak Nek? Itu Iho, seperti membuat perahu, burung.
Lili mau baca buku itu kalau ada!” kata Lili.
“Tentu saja ada. Nanti, kita bisa
cari di toko buku. Nenek akan tunjukkan berbagai macam buku. Sekarang, kamu
bisa membaca buku-buku yang tipis ini dulu. Nanti, makin lama kamu akan
terbiasa dan senang membaca buku cerita yang lebih tebal. Kalau kamu suka
membaca, kamu tak akan merasa bosan. Bermain dengan kawan memang suatu hal yang
baik, tetapi kebiasaan membaca juga perlu dipupuk. Nanti kalau kamu menjadi
mahasiswi, kamu sudah terbiasa membaca buku pelajaran yang tebal-tebal!” kata
Nenek.
“Buku ceritanya dari mana, Nek?”
tanya Lili.
“Nanti Nenek belikan beberapa. Lalu
setiap bulan Ibu bisa membelikan satu atau dua buah buku. Kemudian kamu bisa
tukar pinjam dengan kawan-kawanmu yang punya buku cerita. Selain itu kamu juga
bisa pinjam dari perpustakaan sekolah. Di sekolahmu ada perpustakaan tidak?”
tanya Nenek.
“Ada. Tapi Lili belum pernah
pinjam!” Lili mengaku terus terang.
“Lili! Lili! Seharusnya,
perpustakaan sekolah dimanfaatkan. Tetapi, baiklah! Sekarang Nenek akan
membimbingmu. Nenek akan pinjamkan buku-buku yang menarik, supaya kamu rajin
membaca. Sesudah itu berangsur-angsur kamu mulai membaca buku yang banyak
teksnya!” kafa Nenek.
Selama satu bulan Nenek akan sering
datang membawa buku cerita untuk Lili. Sampai akhirnya, bila Lili sudah gemar
membaca, Nenek tak perlu lagi membawakan buku-buku cerita.
Lili sudah bisa mencari sendiri buku
cerita atau pengetahuan yang dibacanya. Yang penting juga, Lili sudah mendapat
obat bosan yang ampuh dari Nenek, hingga seumur hidup dia akan bebas dari
penyakit bosan.