Gara-Gara Nenek Lupa

Oleh: Sarah Nafisah
Setiap akhir tahun, sekolah Rino
libur. Di saat itu, Rino, Ayah, dan Ibu akan naik ke mobil dan berkunjung ke
rumah Nenek Ida di desa. Nenek Ida mempunyai ladang. Rino suka sekali berlibur
ke desa Nek Ida.
Setiap pertengahan tahun, sekolah
Rino juga libur. Namun di saat itu, giliran Nek Ida yang berkunjung ke rumah
Rino. Begitulah cara keluarga Rino mengatur liburan. Agar tidak bosan, kadang
mereka liburan di kota, kadang di desa pertanian.
Akan tetapi, di tahun ini, Nenek Ida
membuat kesalahan.
“Aku yakin, saat ini, giliranku
untuk liburan ke kota,” gumam Nek Ida yang mulai pelupa. Pelan-pelan, ia lalu
mengemasi baju-bajunya dan memasukkannya ke dalam koper.
Pada saat yang sama, ibu Rino juga
sedang mengemasi tas. Ibu tampak tidak bersemangat. Sambil menutup tasnya, ibu
Rino berkata,
“Ibu sebetulnya ingin sekali bisa
liburan ke pantai. Sekaliii saja supaya tidak sama dengan tahun-tahun
sebelumnya.”
Rino dan adiknya langsung berseru
setuju.
“Aku juga ingin ke pantai, Bu!
Jangan ke rumah Nek Ida terus atau cuma berkeliling kota ini. Bosan. Kalau
liburan ke laut, kita kan bisa berenang dan menggali pasir. Yah, Ayah, tahun
ini kita liburan ke pantai, saja ya?” seru Rino bersemangat.
“Tentu saja tidak bisa, sayang,”
kata ayah Rino. “Akhir tahun ini, kita akan mengunjungi Nenek seperti biasa.
Jangan sampai Nenek kecewa dan bertanya-tanya kalau kita tidak datang. Tahun
depan saja kalau mau ke pantai. Supaya Nenek juga sudah diberitahu jauh-jauh
hari.”
Rino jadi lesu. Namun, kata-kata
ayahnya ada benarnya. Nek Ida pasti sedih kalau mereka tidak datang ke
pertaniannya. Rino tak ingin membuat neneknya yang baik hati itu jadi sedih.
Keesokan harinya, cuaca sangat
cerah. Rino, Ayah dan Ibu naik ke mobil. Tak lama kemudian, mereka sudah ada
dalam perjalanan menuju peternakan Nek Ida.
Di sepanjang jalan yang agak macet
dan panas, Rino masih berharap andai mereka bisa berlibur ke pantai. Karena
ayah Rino mulai kehausan, ia menepikan mobil di dekat kafe pinggir jalan.
Mereka bertiga turun dari mobil.
Tiba-tiba, wajah ibu Rino tampak kaget, gembira dan dengan bersemangat menunjuk
ke parkiran.
“Lihat! Mobil itu mirip mobil
Nenek!”
Rino dan ayah menengok. Mereka
bertiga lalu melangkah pelan mendekati mobil itu. Astaga, itu memang mobil Nek
Ida. Nenek bersandar di pintu mobil dan sedang menyeruput jus jeruk.
Seketika itu juga, Rino berlari dan
memeluk neneknya. Ayah dan Ibu juga memeluk Nenek dan bertanya heran.
“Ibu mau ke mana?” tanya Ayah.
“Tentu saja mau ke rumah kalian!”
kata Nek Ida heran. Namun ia lalu menyadari kesalahannya. “Astaga, harusnya,
ini giliran kalian berlibur di pertanian, ya?” serunya.
Ibu Rino tersenyum cerah.
“Tidak apa, Bu! Sekarang, kita buat
rencana baru saja. Bagaimana kalau tahun ini kita bikin perubahan. Ibu mau
kalau kita berlibur ke pantai?” tanya ibu Rino penuh harap.
Wah, tak disangka, wajah Nek Ida
berubah sangat ceria.
“Tentu saja Nenek mau! Nenek mau
bermain air laut!” kata Nek Ida penuh semangat.
“Yeeeeeey… Nanti aku temani Nenek
main air!” teriak Rino tak kalah girang.
Rino, Ayah dan Ibu tertawa geli
melihat Nenek dan cucunya yang bersemangat. Kini, ayah Rino sibuk melihat peta
jalannya.
“Hmmm! Sekarang ini, kita hanya
berjarak sembilan mil dari pantai. Jadi, ayo kita ke sana sekarang!” ajak ayah
Rino.
Di mobil, Nek Ida tertawa dan
berkata,
“Liburan kita mungkin sudah mulai
membosankan dan tercampur aduk. Makanya Nenek sampai lupa harus tetap di
pertanian atau mengunjungi kalian! Syukurlah, Nenek membuat sedikit kesalahan!”
“Semua orang pernah berbuat
kesalahan, Nek. Tapi, kesalahan Nenek ini sungguh menyenangkan!” kata Rino.
Mereka semua tertawa lagi. Dan
ketika udara pantai yang asin mulai tercium, hati mereka semakin gembira.