Kancil dan Buaya

Oleh: Syrli Martin
Alkisah, di sebuah pinggir hutan,
terdapat seekor Kancil yang sangat cerdik. Ia hidup di hutan bersama
hewan-hewan lainnya, di antaranya ada kerbau, gajah, kelinci, dan masih banyak
lagi. Si Kancil selalu mencari makan di pinggiran sungai.
Pada suatu hari, ia merasa sangat
lapar. Kemudian, si Kancil bergagas pergi untuk mencari makan. Setibanya di
tepi sungai, ia melihat sebuah pohon rambutan yang sangat rimbun di seberang
sungai. Si Kancil berniat ingin mengambil buah rambutan tersebut, tetapi di
dalam sungai terdapat banyak buaya yang sedang mengintai Kancil.
Kemudian, para buaya berkata, “Hey,
Kancil! Apakah kau sudah bosan dengan hidupmu, sehingga kau datang kemari?”.
“Eh… tidak. Aku kesini untuk
menyampaikan undangan kepada kalian”, jawab Kancil.
Para buaya pun terkejut mendengar
perkataan si Kancil. Buaya bertanya, “Undangan apa?”.
Lalu, Kancil menjawab pertanyaan
para buaya dengan santai. “Minggu depan raja Sulaiman akan merayakan sebuah
pesta dan kalian semua diundang dalam acara tersersebut”.
“Pesta…?” timpal para buaya dengan
mulut menganga.
“Iya, pesta. Di sana terdapat banyak
makanan. Ada daging rusa, daging kerbau, dan daging gajah pun juga ada.”
“Aaaaakh, pasti kau berbohong! Kali
ini kau tidak bisa menipu kami lagi!”, buaya menyahut dengan sedikit marah.
“Eh tidak-tidak, kali ini aku
serius”, jawab Kancil untuk meyakinkan para buaya.
“Apa kau yakin…?”, tanya para buaya
dengan perasaan khawatir akan ditipu Kancil.
“Iya, yakin”, jawab Kancil.
“Baiklah, kali ini aku percaya
kepadamu”, ujar para buaya.
“Nah, sekarang kalian berbarislah
dengan rapi, aku akan menghitung berapa jumlah semua buaya yang ada di dalam
sungai ini”.
Kemudian, para buaya berbaris dengan
rapi. Berharap mereka semua akan mendapatkan makanan yang sama rata. Kancil pun
mulai menghitung satu persatu buaya yang ada dalam sungai terebut. Setelah
sampai di punggung buaya terakhir, Kancil langsung melompat ke tepian sungai.
Setelah itu, ada seekor tupai yang
berkata, “Pesta itu sudah dirayakan minggu lalu, bukan minggu depan. Hahaha!”.
Mendengar perkataan tupai, mereka pun merasa tertipu dan sangat marah. Melihat
para buaya yang tengah marah, si Kancil malah cengengesan dan menjulurkan
lidahnya ke depan. Kemudian, Kancil bergegas pergi dari tepi sungai, dan menuju
pohon rambutan yang berbuah lebat itu. Akhirnya, Kancil dapat makan buah
rambutan yang dia inginkan.