YASH


Dialog dini hari, di ujung waktu malam. Fia dan malam adalah teman. Fia dengan dialog malam kepada dirinya sendiri, berharap ada balasan terhadap hal yang la utarakan. Fia dengan keresahannya. Fia dan hal yang ia takutkan. Fia dengan tugas, teman-teman, keluarga, hal remaja, atau Fia dan emosi yang dibuatnya sendiri. Hanya malam sunyi yang tahu. Tapi, Fia juga cinta banyak hal. la senang tiap kali ia bisa berbagi kasih baik kepada orang di sekitarnya ataupun kepada hal lain yang membuatnya bahagia. Fia senang melihat orang lain senang meskipun pada saat bersamaan Fia dalam masalah. Baginya, tidak ada di dunia ini yang lebih baik daripada melihat orang yang la sayangi bahagia.

Fia berkali kali bertemu kegagalan, kegagalan bersosialisasi, gagal dalam sekolah, atau gagal dalam hal lain. Pernah sekali ia takut, ia dikurung rasa takut terhadap hal baru. Berbulan-bulan ia terjebak dengan rasa bersalah dan takut. Sampai akhirnya ia menemukan titik di mana ia harus bangkit. Berpikir bahwa banyak sekali orang di luar sana yang menunggunya kembali.

Ibu berkata, "Perasaanmu lebih penting dari apa pun di dunia ini, Fla," Tapi, bukan itu yang Fia mau, Ibu. Fia tidak satu pendapat dengan beliau. Bagi Fia, tidaklah penting bagaimana perasaannya. Yang terpenting adalah bagaimana orang lain merasakan berbagai afeksi yang dia berikan. Fia tidak keberatan jika dirinya harus berada di dalam sebuah permasalahan. Yang penting, mereka senang.

Namun pandangannya berubah, ia harus menerima cinta di samping dengan semua yang telah diberikannya. Fia harus mendapat apa yang ia mau, yang menjadi haknya. Tatkala itu, semua diubah oleh kehadirannya. Seseorang yang tidak Fia sangka dapat berdampak sebesar ini terhadap dunianya.

Sederhana saja, dia adalah penciptaan paling cukup dari segala secukupnya. Kala menatap manik coklat legamnya, rasanya Fia mau pergi ke mana saja asal dengannya. Rasanya Fia ingin pergi keliling dunia berdua dengannya asalkan ia menemui bahagianya. la laki-laki sederhana, sederhana dengan apa yang ia punya, sederhana dengan apa pun yang ia dapat. Tidak meminta kembali, tidak meminta lebih.

Kalau Fia bertanya, "Kenapa kamu bertahan hanya dengan apa yang kamu punya sedangkan kamu bisa meminta lebih?". Pasti jawabannya hanya sekedar, "Aku juga harus belajar dunia dan kehidupannya, Fi."

Hari itu Sabtu pagi, masih sejuk angin dingin meskipun rumah Fia di tengah kota. Masih sepi orang berlalu Lalang padahal ini sudah jam 9 pagi. Bosan hatinya tidak melakukan apa-apa, "Bagaimana kalau mengajak Yash panggilan laki-laki yang Fia ceritakan sebelumnya pergi keluar?" Fia membuka handphonenya, mencari kontak Yash yang langsung muncul paling atas seolah mengetahui jika Fla sedang mencarinya.

"Yash, keluar yuk," ajak Fia.

"Yah, Fi. Aku lagi mencicil materi UTBK nih. Aku enggak mau bergantung di SNBT," jawab Yash.

"Yah sayang banget, Yash. Yaudah deh semangat ya!!" ujar Fia.

"Bahkan ini masih awal kelas 12," gumam Fia. Yash memiliki keinginan untuk masuk ke universitas terbaik di kotanya, atau bahkan di Indonesia sekalipun, Fia tahu itu. Tidak jauh dengan Yash, Fia juga bermimpi hal yang sama, diterima di universitas tujuannya. Tapi bukannya ini terlalu dini ya untuk belajar? 

Sore itu, Yash dan Fia akhirnya memutuskan bertemu, bersama Dena dan Ryn masing-masing teman Yash dan Fia juga. "Gimana belajarnya seharian? Sampai enggak ada satu pun chat loh ke kita," kata Fia saat dirinya duduk di sebelah Yash.

"Ya gimana, Fi. Kita sudah kurang dari 9 bulan sebelum UTBK. Aku harus belajar materi materinya. Apalagi mulai tahun ini tes yang diujikan beda dengan tahun-tahun sebelumnya," katanya sembari meminum Lemon Tea pesanannya. "Tapi... bukannya ini terlalu dini ya buat belajar?" sambung Yash.

Fia tahu, Yash sangat berharap besar pada kemampuannya. Ayahnya tiada, Ibunya yang setiap hari bekerja keras demi dia dan adiknya. Setidaknya, ia harus bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih matang, menyelesaikannya segera, mendapat pekerjaan dan membantu ibunya di usia senjanya. Fia tahu itu semua, seberapa besar ambisi Yash, dan seberapa banyak harapan yang digantungkan kepadanya.

"Semua ada waktunya, Fi. Orang ada masanya, masa adal orangnya. Aku cuma mau masa buat aku mengejar mimpiku makin panjang. Itu kenapa aku curi start dari awal." katanya kemudian.

Ini yang sebenarnya membuat Fia jatuh lebih jauh, lebih dalam dari segalanya. Yash dan segala kata katanya adalah semua yang Fia inginkan. Fia bahkan bisa membaca ribuan kali puisi yang Yash buat baik khusus untuknya ataupun yang ada di akun Instagram milik Yash. Fia betah menemani Yash belajar selama apa pun dalam suasana sesunyi apa pun. Bahkan, Fia bisa berubah menjadi anak kecil pendiam saat Yash butuh ketenangan belajar. Semua itu Fia suka.

Bersama Yash, Fia memahami dunia. Bersama Yash, Fia lebih memahami dirinya sendiri. Bersama Yash pula, ia lebih berani mengambil apa yang menjadi miliknya. Fia menjadi pemberani, berani mengeksplorasi, meminta apa yang harus ia dapat, dan berani menentang jika apa yang diminta orang lain kepadanya tidak sesuai isi hatinya. Semua itu berkat Yash. Yash yang secara tidak langsung memberikan contoh kepada Fia bagaimana dunia berjalan dan berputar dengan kehidupan di dalamnya.

Jadilah seperti lilin yang tak pernah menyesal saat api membakarmu, jadilah air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru. Ini apa yang dikatakan Yash saat Fia dan Yash harus terpisah kota dan jarak. Nyatanya rezeki Yash jauh di sana. Dibiayal lengkap selama masa studi dan pengabdiannya di negeri tetangga, Dan Fia harus merelakannya, hidup berdampingan dengan kisahnya dengan Yash di kota tempatnya tinggal.

Di samping afeksi yang ia berikan, dunia benar-benar berbalas. baik kepadanya. Tidak ada satu pun orang di sekitarnya yang berbuat jahat kepadanya. Fia memberi kasih, dan secara bersamaan juga menerima cinta. Fia dicintai dan dikasihi banyak orang. Fia tidak sendiri, dan Fia bukan satu satunya orang yang hanya bisa bercerita kepada malam tentang masalahnya. Fia bisa bercerita kepada siapa pun setelahnya. Terutama kepada Yash, segala dari segalanya.

Bunda, itulah beberapa cerita pendek tentang pendidikan yang bisa Si Kecil baca dan pahami. Semoga dengan membaca cerpen tersebut, Si Kecil mampu mengambil pesan positif yang terkandung di dalamnya, ya.