Putih Abu-Abu


Pada suatu masa-masa SMA aku bertemu dengan teman-temanku, akhir pandemi menjadi tanda bahwa masa putih abu-abu di mulai. Pada hari pertama aku tak kenal siapa pun kecuali teman SMP-ku, yaitu David. Aku dengan David merasa canggung dengan situasi baru. Aku bersekolah di daerah jauh dari perkotaan sehingga hiburan kami hanyalah pemandangan. Saat hari kedua aku berkenalan dengan Arai dan Muti yang duduk persis di depanku.

Kita melewati masa-masa pertama putih abu-abu dengan baik dan harmonis. Murid yang tidak terlalu banyak yang dimana hanya berjumlah 10 di sekolah kami membuat kami mudah untuk beradaptasi. Arai, Muti, David, Bima, Caca, Layla, Andi, Chris dan Tania. Mereka teman-temanku yang akan menemaniku hingga 3 tahun ke depan dan perkenalkan namaku Hikal. 

Pada saat 1 minggu pertama tidak banyak hal yang terjadi tatanan organisasi tidak banyak karena murid yang sangat sedikit serta guru yang mengajar di sini kurang dari 8 orang. 3 hari berlalu dengan sangat cepat dan kita sudah mulai akrab antara satu dengan lainnya, kami senang ketika mata pelajaran pertama dimulai. Bu Lala masuk dengan membawa buku matematika, kami pun belajar matematika dengan ceria karena Bu Lala sangat suka bercanda. la mengajari kami pelajaran pertama dalam matematika, bukan aljabar maupun logaritma tetapi bagaimana kita mencintai matematika. Matematika bukan dinilai berdasarkan jawaban tetapi perhitungan dan algoritma yang tepat.

Aku yang hanya bisa berlagak seperti Socrates dan berkata "matematika dicintai dengan caranya kita sendiri-sendiri, cara dalam menyelesaikan terdapat berbagai cara tetapi hanya 1 jawaban."

Mata pelajaran matematika di hari pertama memanglah buruk, tetapi Bu Lala mengajarkan jangan menilai sesuatu buruk terlebih dahulu. Seperti guru-guru pada umumnya hari pertama digunakan untuk bercerita dengan murid-murid

Setelah jam matematika datanglah Pak Amar sebagai guru fisika. Di hari pertama kami sudah diceritakan mengenai hebatnya Tuhan membuat semuanya secara spesifik, dimana yang tidak terlihat belum tentu tidak ada dan yang terlihat belum tentu ada kebenarannya. Di hari pertama, kami diajarkan beberapa rumus dasar fisika seperti kekekalan energi selain itu kami diajarkan agar cepat bergerak dalam ruang agar waktu tidak banyak terbuang sia-sia.

Pelajaran pertama yang aku dapat adalah di dunia ini banyak kemungkinan tetapi yang terjadi hanyalah yang terbaik. Hal ini aku simpulkan setelah guru fisikaku berkata "paradoks mungkin bisa terjadi jika Tuhan mengizinkan, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan." Aku dan teman-temanku kaget karena Pak Amar seperti sedang menyamar menjadi guru agama mengingat penemu-penemu sebagian teori fisika tidak beragama dan tidak mempercayai adanya Tuhan tetapi guru kami berbeda 180 derajat, mungkin karena kita lahir di Indonesia.

Hari pertama memang kami diajari untuk mencintai mata pelajaran terlebih dahulu agar kemudian harinya tidak menjadi momok yang menakutkan, sejauh ini hanya 4 guru yang mengajar kelas kami antara lain Bu Lala, Pak Amar, Bu Ratih dan Pak Bayu. Mereka semua adalah kumpulan guru matematika, IPA, IPS, dan Bahasa.

Perkenalkan teman dekatku Arai, ia menemaniku selama 3 tahun di SMA Negeri ini. Kita berteman karena memiliki satu hobi dan satu pemikiran, di saat yang lain sedang menyukai tren masa anak remaja saat ini aku dan Arai menyukai hal-hal yang sedikit gila yaitu menyukai hal-hal yang sedikit berbau misteri dan mistis. Dengan melihat beberapa aliran satanic yang mungkin sangat melenceng dari ajaran agama, kita memiliki keingintahuan yang besar terhadap ada dan ketidakadaannya hantu dan sejenisnya.

Namun, di antara kita berdua yang paling normal adalah diriku sendiri karena Arai sempat hampir mempercayainya dan melakukan beberapa ritual yang sangat aneh, sedangkan aku hanya tertarik untuk mendengarkan ceritanya saja. Kami juga sangat senang mempelajari matematika, pelajaran tersebut bagaikan sesuatu yang tak kasat mata, bayangkan jika suatu hari dunia ini mengubah angka Apakah akan terjadi sesuatu hal? Tanya diriku sendiri. Angka seperti Tuhan, tetapi anehnya banyak manusia yang mempercayai angka tetapi tidak mempercayai Tuhan. Kita mungkin tidak bisa melihat angka tetapi, ia menunjukkan bahwa dirinya ada dengan perhitungan. Tuhan sudah membuktikan bahwa dirinya ada tetapi banyak manusia yang enggan percaya dengan Tuhan.

Di sisi lain Arai dan aku senang bermain di daerah-daerah yang sejuk seperti sawah mencari cari ikan-ikan kecil untuk dibuat mainan. Muti seorang gadis misterius yang baik. la pendek, pintar dan cinta dengan alam. Sejarah merupakan mata pelajaran favoritnya, la selalu berkhayal ingin bertemu Adolf Hitler. Baginya Hitler adalah orang yang baik karena sejarah mengatakan ia sangat benci dengan orang-orang Yahudi. Selain ia suka membaca biografi Hitler, ia juga senang dalam membaca biografi Joseph Stalin sang diktator yang sangat kejam. Walaupun Muti sangat cinta dengan alam tetapi ia suka membaca biografi diktator-diktator terkenal dan memiliki reputasi yang buruk dengan dunia. Selain membaca biografi diktator-diktator tersebut ia juga senang dalam berkebun dan juga merawat tanaman. Di masa putih Abu-abu ia hampir tidak memiliki teman, teman terdekatnya pun hanyalah Tania. Banyak yang tidak menyukai Muti yang memiliki sifat sangat dingin dan seperti tidak membutuhkan dunia luar tetapi bagi Tania, Muti adalah sahabat baiknya dan hanya Tania saja yang dapat mencairkan dinginnya Muti.

Tidak banyak yang dapat diceritakan pada masa putih abu-abu ini karena tidak lama dari itu pertemanan kami hancur akibat Chris dan teman-temannya memusuhi kami. Mereka mengikuti tren ke barat-baratan yang sangat berbeda dengan kami yang nyaman dengan budaya-budaya lokal. Kami pada akhirnya dipecah menjadi 2 kelas karena guru-guru sangat pusing dengan pertikaian setiap harinya. Hingga kami benar-benar tidak mengenal antara satu dengan yang lain. Hingga pada suatu hari kami membuat dan menamai klub kami karena kami tidak ingin kalah saing dengan klubnya Chris dengan kawan-kawan. 

Pada suatu hari, ketika kami sedang duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah, Arai tiba-tiba mengajukan sebuah ide yang sangat menarik. Dia mengusulkan agar kita membentuk sebuah klub eksplorasi yang fokus pada misteri dan keajaiban alam. Ide tersebut langsung mendapat sambutan hangat dari kami semua.

Dengan semangat yang membara, kami mulai merencanakan kegiatan-kegiatan klub. Pertama-tama, Arai mengusulkan agar kita melakukan penjelajahan ke daerah-daerah terpencil di sekitar sekolah. Dia mengatakan bahwa di sana mungkin terdapat tempat-tempat yang menyimpan cerita-cerita mistis dan tak terungkapkan.

Muti langsung menyambut ide itu dengan antusias. Dia menyarankan agar kita membaca lebih banyak tentang tempat-tempat tersebut sebelum melakukan penjelajahan. Muti memiliki koleksi buku-buku tentang tempat-tempat misterius di seluruh dunia, dan ia akan membagikan pengetahuannya kepada kami.

Sementara itu, aku merasa sedikit ragu-ragu. Aku tertarik dengan hal-hal misterius, tetapi aku juga ingin memastikan bahwa kita tidak melampaui batas-batas yang aman. Aku mengingatkan teman-temanku agar tetap waspada dan bertindak dengan bijaksana dalam setiap petualangan kita. 

Setelah melakukan persiapan yang cukup, klub eksplorasi kami akhirnya mulai beraksi. Kami mengunjungi gua-gua tua, hutan-hutan terlarang, dan puing-puing bangunan bersejarah yang ditinggalkan, Kami mencatat setiap temuan dan pengalaman yang kami alami. Beberapa di antaranya adalah kesaksian-kesaksian tentang suara aneh, penampakan bayangan misterius, dan perasaan tidak nyaman yang tak terjelaskan.

Namun, meskipun kami sering mendapatkan pengalaman menarik, kami juga menyadari bahwa kebanyakan dari itu hanya mitos dan cerita yang dilebih-lebihkan. Kami mencoba melihatnya sebagai hiburan semata dan tidak terlalu memikirkannya secara serius.

Dalam perjalanan kami mengeksplorasi, kami belajar banyak hal baru. Kami belajar tentang keajaiban alam dan pesona sejarah yang terkandung dalam setiap tempat yang kami kunjungi. Kami belajar menghargai alam dan menjaga kelestariannya. Kami juga belajar bahwa terkadang, kebenaran bisa sangat subjektif dan tergantung pada sudut pandang kita.

Ketika memasuki tahun terakhir kami di SMA, kami memutuskan untuk membuat laporan akhir tentang perjalanan kami dalam klub eksplorasi. Kami mengumpulkan semua catatan, foto, dan kesaksian yang kami miliki. Laporan itu menjadi kenang-kenangan indah tentang masa-masa kami sebagai anggota klub eksplorasi yang penuh petualangan dan persahabatan.

Setelah kami lulus, kami semua melanjutkan ke jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Namun, kami tetap menjaga hubungan persahabatan kami. Kami masih sering berkumpul untuk mengobrol dan mengenang kembali petualangan kami di masa SMA.

Kami menyadari bahwa klub eksplorasi telah memberikan kami banyak pengalaman dan pelajaran berharga. Kami belajar tentang keberanian, rasa ingin tahu, dan pentingnya menjaga ikatan persahabatan. Meskipun kehidupan kami mungkin telah berubah, kenangan masa putih abu-abu akan selalu hidup dalam hati kami.