Endog Separo


"Aku mau nambah telur separohnya lagi, bu," rengek Ardi.

"Ardi, tadi kan kamu sudah makan. Jangan terlalu banyak makan ya, nak," cegah ibunya.

Ardi memang banyak makan. Sepiring nasi penuh dan lauk pauknya. Di usianya yang tujuh tahun tentu saja dia terlihat sangat gemuk. Apalagi bila dibandingkan dengan teman-temannya. Kalau orang tidak tahu, dikira Ardi sudah kelas empat. Ardi tetap mencomot separo telur lagi. Kemudian melanjutkan makannya.

"Ardi, besok kita ke panti asuhan ya," ajak bapaknya.

"Mau ngapain, pak?" tanya Ardi.

"Kita akan memberikan ini kepada teman-teman kamu yang kurang beruntung di sana," ucap bapak.

Dilihatnya lima karton mie instan, minyak goreng, kue-kue dan telur banyak sekali.

"Kita harus berbagi kepada sesama, nak," sambung ibunya.

Keesokan harinya, Ardi bersama bapak dan ibunya ke panti asuhan. Mereka disambut oleh seorang bapak dan ibu pengasuh di panti itu. Mereka juga dipertemukan dengan anak-anak panti asuhan. Ya, panti asuhan itu menampung anak-anak yatim piatu dari berbagai daerah. Anak-anak yatim itu terlihat bahagia dengan kehadiran Ardi dan bapak ibunya.

"Ardi, sana bermain dengan teman-temanmu," kata ibu.

"Iya, jangan hanya di sini saja. Biar kamu tambah teman. Ya, nak," sambung bapaknya.

"Hai, namaku Ardi.. Kamu siapa?", Ardi menyapa seorang anak yang duduk sendirian di bawah pohon.

"Aku Agus," jawab anak itu.

Mereka kemudian bermain ayunan di dekat pohon itu. Tak berapa lama terdengar suara adzan Dhuhur.

"Ayo kita shalat berjamaah dulu, Ar," ajak Agus.

Ardi terdiam. Kemudian mengiyakan ajakan Agus. Mereka kemudian mengambil air wudhu dan masuk ke dalam masjid di lingkungan panti asuhan itu.

"Ayo kita makan, Ar," ajak Agus.

"Makan? Di mana?" tanya Ardi.

"Ayooo. Di sana.. Kita makan bareng teman-teman lainnya..".

Agus menarik tangan Ardi ke ruang makan. Dilihatnya teman-teman Agus sudah mengambil makan dan lauknya. Ardi mengingat kisahnya bersama Agus dan teman-teman di panti asuhan. Mereka makan dengan lahapnya. Tidak ada anak. yang berebut mengambil makan, mereka makan sesuai jatahnya. Tidak minta lebih. Masih dingatnya, di meja makan panti asuhan itu ada sayur gudheg dan telur yang dipotong menjadi dua bagian. Agus dan teman-teman mengambil nasi, sayur gudheg dan separo telur.

"Makanan itu harus dibagi, Ar. Bisa makan seperti ini saja. sudah alhamdulillah," kata Agus.

"Kami diajarkan makanlah ketika kamu lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang," imbuhnya lagi.

Ya, sejak saat itu, Ardi belajar makan sesuai jatahnya saja. Dan bersyukur diberi makan apa saja oleh ibunya.