Masalah Kemiskinan
Kemiskinan
merupakan tingkat ketidakmampuan masyarakat, sehingga tidak bisa memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari. Kebutuhan pokok itu di antaranya sandang, pangan,
pendidikan, dan kesehatan. Masyarakat yang tergolong miskin, lumrahnya tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasar. Misalnya, terkait kebutuhan sandang, tak jarang
masyarakat miskin membangun sendiri rumah mereka secara seadanya. Bahkan,
banyak di antaranya yang membangun rumah di atas tanah orang lain, tanah milik
negara, ataupun tempat fasilitas umum.
Kemiskinan
dapat disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, sulitnya akses terhadap pendidikan, hingga sulitnya
mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan dapat menjadi faktor kesenjangan sosial dalam
suatu negara. Struktur sosial dan perilaku menjadi faktor terbesar terjadinya
masalah kemiskinan. Selain itu, perilaku konsumtif, gengsi, pengeluaran uang
tidak sesuai dengan pemasukan semakin menambah faktor kemiskinan. Dalam
struktur sosial, kemiskinan mengarah pada faktor kurangnya pendidikan. Masyarakat
miskin cenderung tidak menganggap bahwa pendidikan itu penting, sehingga mereka
pun tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bersaing di dunia pekerjaan.
Oleh
karena itu, pemerintah juga telah membuat program untuk meretas kemiskinan.
Contohnya menaikkan upah minimum kerja, memperluas lapangan pekerjaan,
pendidikan gratis, tempat tinggal dengan harga terjangkau. Namun, hal ini harus
didukung dengan perilaku masyarakat yang tidak menghamburkan uang, menghindari
gengsi, menabung, dan membantu orang di sekitarnya. Kerjasama masyarakat dan
pemerintah sangat menentukan demi mengatasi kemiskinan.
Kemiskinan
pada hakikatnya dapat dihindari dengan melakukan hal-hal yang tidak dapat
menimbulkan kerugian, misalnya tidak hidup dengan berfoya-foya, mengutamakan
pendidikan, dan mengetahui prioritas. Program pemerintah untuk meretas
kemiskinan akan berjalan baik jika masyarakat mau ikut berpartisipasi, karena
tanpa dukungan dari masyarakat, program pemerintah hanya akan menjadi wacana
saja.