Uniknya Tradisi Bugis

1.
Mappere
Mappere
digunakan sebagai cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada pencipta
atas keberhasilan panen. Mengutip jurnal Tradisi Pola Kehidupan Masyarakat
Bugis Khususnya di Sulawesi Selatan, di beberapa desa di Kabupaten Bone pesta
rakyat yang dikenal dengan mappere ini sudah berkembang menjadi adat
masyarakat.
Ma'
artinya bertindak, dan Pere artinya mengayun. Dalam hal ini, gadis-gadis desa
berayun di udara sambil mengayunkan tangan mereka dan beberapa pria dewasa
bertugas menarik tali ayun. Sebenarnya, tradisi mappere cukup sulit karena
membutuhkan keberanian untuk mengayun hingga belasan meter.
Adat
Mappere didasarkan pada kepercayaan bahwa ladang masyarakat akan subur dan
diberkati oleh gadis yang berayun sangat tinggi seperti bidadari yang jatuh
dari langit. Hal ini berkembang menjadi kepercayaan masyarakat Bugis sebagai
tradisi rakyat dan budaya menarik yang patut dilestarikan.
2.
Mappalette Bola
Mappalette
Bola merupakan warisan bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, bagaimana
berperilaku dan bagaimana membangun rumah. Pengetahuan dan cara membangun rumah
tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui transmisi
lisan dan tertulis.
Terdapat
aksara tertulis berupa gulungan daun lontar dan papan kayu yang disebut
lontara. Hanya ahli ritual yang bisa menggunakan lontara saat membangun rumah.
Biasanya naskah ini berisi cara membangun rumah yang terkait dengan praktik
ritual dan upacara memilih waktu dan hari yang baik, lokasi, hingga pemilihan
bahan bangunan sebuah rumah.
3.
Mappadendang
Mappadendang
atau pesta ani merupakan suatu pesat syukur atas keberhasilan dalam menanam
padi. Mengutip laman Jadesta dari Kemenparekraf, tradisi ini dilakukan dengan
penumbukan gabah pada lesung dengan tongkat besar sebagai penumbuknya.
Acara
ini tidak hanya menumbuk saja. Dengan nada dan tempo teratur, para ibu yang
diundang dan menumbuk kadang menyanyikan beberapa lagu yang masih terkait
dengan apa yang mereka kerjakan.
Mappadendang
biasanya dilakukan di lapangan terbuka dan dimulai setelah maghrib atau malam
hari. Orang-orang dari kampung sebelah biasanya ikut hadir menyaksikan acara
ini.
4.
Mappacci
Mapacci
merupakan sebuah rangkaian perayaan pesta pernikahan di kalangan masyarakat
Bugis yang masih kental dengan adat istiadatnya. Mengutip Jurnal berjudul Makna
SImbolik Prosesi Mappacci pada Pernikahan Adat Bugis Pangkep di Kelurahan
Pa'bundikang, Kabupaten Pangkep, mapacci berasal dari kata pacci yaitu daun
yang dihaluskan untuk penghias kuku, mirip dengan kata paccing yang berarti
bersih dan suci.
Hal
ini melambangkan kesucian hati calon pengantin menghadapi hari esok, khususnya
memasuki bahtera rumah tangga sekaligus merupakan malam yang berisi doa.
Mapacci menjadi adat upacara yang kental dengan nuansa batin.
Upacara
mappacci melibatkan kerabat dan keluarga. Dengan demikian, terukir kebahagiaan
mendalam bagi calon mempelai dalam menempuh kehidupan sebagai suami istri,
serta mendapat keberkahan dari Allah SWT.
5.
Mabbaca Doang
Mabbaca
berarti membaca, sementara Doang berarti doa. Sehingga, dapat diambil
kesimpulan bahwa Mabbaca Doang adalah metode membaca doa.
Dalam
tradisi Mabbaca Doang, individu terpercaya dalam komunitas membacakan doa.
Biasanya dia adalah ustadz, pemimpin adat, atau imam dari masjid terdekat.
Tradisi ini biasanya dilakukan di waktu-waktu tertentu, seperti saat seseorang
dianggap cukup mapan secara finansial. Dia mengajak masyarakat untuk berkumpul
dan berdoa.
6.
Sigajang Laleng Lipa
Menurut
laman Warisan Budaya Kemdikbud, sigajang laleng lipa atau sitobo laleng lipa
adalah ritual bertarung dalam sarung menggunakan senjata tradisional badik.
Tradisi
Bugis-Makassar ini dilakukan untuk lambang kekuatan, seni, dan permainan
rakyat, meski akhirnya berakhir dengan kematian. Selain itu, tradisi ini juga
dilakukan masyarakat Bugis-Makassar sebagai jalan terakhir dalam menyelesaikan
masalah. Sehingga, cara ini dilakukan untuk menentukan kebenaran bagi mereka
yang bersengketa.
(FN)