Sejarah dan Asal-usul Suku Banjar
Kata
"banjar" dalam bahasa Jawa adalah singkatan dari kerja kata
"mbanjarke," yang memiliki arti "memisahkan dan mengatur ulang”.
Dalam artian harfiah, istilah tersebut kemudian diambil sebagai etnonim karena
telah menjadi pengetahuan umum di masyarakat Kalimantan. Sejarah dan Asal-usul
Magelang, Kota Tertua yang Berdiri Sejak 907 Masehi.
Suku
Banjar adalah bagian dari kelompok masyarakat Dayak yang lebih besar. Suku ini
telah mengalami asimilasi terutama dalam hal agama, budaya, dan aspek lainnya
dengan pengaruh dari luar. Dalam sejarahnya, suku Kedayan dan Dayak Kendayan
memiliki ikatan kekerabatan dengan Suku Banjar.
Menurut mitologi suku Dayak Meratus (atau Dayak Bukit), Suku Banjar,
terutama Banjar Pahuluan, dan Suku Bukit berasal dari dua saudara, yaitu Si
Ayuh (Sandayuhan) yang menjadi leluhur suku Bukit, dan Bambang Basiwara yang
menjadi leluhur suku Banjar.
Dalam cerita rakyat berbahasa
Dayak Meratus, terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang
Basiwara, adalah adinda dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama
Sandayuhan.
Bambang Basiwara digambarkan
sebagai adinda yang lemah secara fisik namun cerdas secara intelektual.
Sementara Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang kuat secara fisik dan ahli
dalam pertempuran.
Orang dari suku Banjar merupakan keturunan Dayak yang telah memeluk Islam dan
mengadopsi adat istiadat Jawa, Melayu, Bugis, dan Cina sejak zaman kuno.
Sejarah dan Asal-usul Banyuwangi, Kota yang Berkaitan Erat dengan Kerajaan
Blambangan.
Masyarakat
suku Banjar juga sering disebut sebagai orang Dayak pesisir, sehingga memiliki
ciri khas yang sedikit berbeda dengan mayoritas suku Dayak di daerah pedalaman
Kalimantan.
Masyarakat
suku Banjar cenderung menerapkan gaya hidup dan norma-norma yang berlandaskan
ajaran Islam.
Kebudayaan
Khas Suku Banjar Budaya dan tradisi masyarakat Banjar adalah hasil dari proses
asimilasi selama berabad-abad yang dipengaruhi oleh kepercayaan Islam.
Budaya
Islam diperkenalkan oleh pedagang Arab dan Persia. Ekspresi budaya Banjar
tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, terutama dalam bentuk
kesenian, tarian, musik, pakaian, permainan, dan upacara adat tradisional.
Sejarah dan Asal-usul Batam,
Hutan Belantara yang Disulap Jadi Kawasan Perdagangan Besar. Tata nilai dan norma-norma sosial Banjar yang
berasaskan Islam terus dijaga dan dilestarikan. Hal ini tercermin dalam
aktivitas keseharian mereka. Ini juga tercermin dalam berbagai pertunjukan seni
Banjar yang sering diadakan dalam acara resmi, seperti tarian dan lagu khas
Banjar. Begitu pula dengan upacara adat khas Banjar yang biasanya dilangsungkan
dalam peristiwa-peristiwa penting seperti pernikahan, kelahiran, atau
peringatan-peringatan lain yang signifikan.
(FuN)
Adapun kesenian kebudayaan khas Suku Banjar di antaranya sebagai
berikut.
1. Madihin Seni Madihin adalah pertunjukan monolog oleh seniman
tradisional, biasanya satu atau dua orang, yang mengkombinasikan syair dan
pantun dengan musik gendang khas Banjar.
2. Mamanda Seni Mamanda merupakan seni pentas teater tradisional Banjar.
Menceritakan kisah-kisah kehidupan masyarakat perjuangan kemerdekaan serta
kritik sosial dan politik yang berkembang.
3. Hadrah Musik Hadrah adalah jenis musik aliran timur tengah yang
merupakan bawaan dari kebudayaan Islam.
4. Musik panting Seni Musik Panting adalah gabungan berbagai alat musik
seperti Babun, Panting, Biola, dan Gong yang menciptakan irama khas. Alat musik
utama, yaitu Panting, adalah alat musik petik kecil yang menyerupai Gitar
Gambus. Musik ini sering mengiringi lagu-lagu tradisional Banjar dan tarian
tradisional.
5. Upacara Maarak Penganten Dalam rangkaian upacara perkawinan orang
Banjar terdapat prosesi arak-arakan pengantin yang disebut maarak pengantin.