TB Paru

TB paru menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, dengan jumlah kasus baru yang masih tinggi setiap tahunnya. TB paru dapat menyerang siapa saja, tetapi risikonya lebih tinggi pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS, diabetes, atau malnutrisi.
Penyakit ini umumnya berkembang secara perlahan, sehingga gejalanya mungkin tidak langsung terasa berat. Tanpa pengobatan yang tepat, TB paru bisa menyebabkan komplikasi serius hingga mengancam jiwa. Deteksi dan pengobatan sejak dini sangat penting untuk menghentikan penularan ke orang lain serta mencegah komplikasi jangka panjang.
Penyebab TB Paru
TB paru disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar melalui udara ketika penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, lalu terhirup oleh orang lain. Tidak semua orang yang terinfeksi akan langsung sakit. Sebagian besar bakteri bisa “tidur” di dalam tubuh (laten) dan baru menimbulkan gejala jika daya tahan tubuh menurun.
Faktor Risiko TB Paru
Seseorang lebih berisiko terkena TB paru bila memiliki kondisi berikut:
- Kontak erat dengan penderita TB aktif, misalnya tinggal serumah atau bekerja dalam satu ruangan tertutup
- Sistem imun lemah, seperti pada penderita HIV/AIDS, diabetes, kanker, atau orang yang sedang menjalani terapi imunosupresif (misalnya obat kortikosteroid jangka panjang)
- Kekurangan gizi, yang membuat daya tahan tubuh menurun
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, karena dapat merusak fungsi paru dan menurunkan imunitas
- Lingkungan padat dan kurang ventilasi, misalnya di pemukiman kumuh, penjara, atau asrama, yang memudahkan penularan melalui udara
- Usia rentan, seperti anak-anak dan lansia, karena daya tahan tubuh mereka biasanya lebih lemah
Gejala TB Paru
Gejala TB paru dapat bersifat ringan hingga berat, dan biasanya berkembang secara perlahan. Berikut tanda dan gejala TB paru yang umum dialami:
- Batuk kronis, berlangsung lebih dari 2 minggu, dapat disertai dahak berdarah
- Demam ringan yang naik-turun, terutama sore atau malam hari
- Berkeringat di malam hari tanpa aktivitas berat
- Penurunan berat badan yang drastis tanpa penyebab jelas
- Nafsu makan menurun
- Nyeri dada atau sesak napas jika infeksi sudah berat