Malaikat Tanpa Sayap dan Ksatria Tanpa Kuda

<Sebuah artikel yang menyentuh hati>

Berbicara mengenai sosok malaikat tanpa sayap yang di ciri khaskan dengan dengan seorang wanita yang telah mengandung kita selama sembilan bulan, membawa kita kemanapun dia pergi, bahkan melahirkan, menyusui dan merawat kita hingga dewasa yaitu Ibu yang sangat penting dan berharga bagi kita. Betapa besar jasa seorang Ibu bagi setiap anak. Ibu adalah pendidik bangsa. 

Jika kita berfikir secara komprehensif, seorang pemimpin ummat, bangsa, bahkan negara tidak akan lahir tanpa adanya sosok wanita yang telah berjuang dan mendidiknya sebaik mungkin. Karena di balik kesukesan seseorang, terdapat wanita sholihah yang menjadi support system. Petuahnya, didikannya selalu terngiang dalam sanubari yang selalu kita jadikan teladan dalam kehidupan. 

Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya di kemudian hari. Begitulan peran dan fungsi sosok malaikat sayap yang selalu menjadi pengawal dalam setiap hal. Bahkan di lansir dari (Triono, 2014) yang menulis bahwa kita harus mendahulukan Ibu daripada Ayah. Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah: "Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." 

Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu kembali bertanya: "Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: "Ibumu." "Lalu siapa lagi?" tanyanya. "Ayahmu." Jawab beliau. Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada Ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berperilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah.

Adapun ksatria tanpa kuda yaitu sosok seorang ayah yang merupakan kepala keluarga dan telah berusaha keras dengan tekad dan upaya untuk membahagiakan keluarganya. Ksatria tanpa kuda yang tidak pernah berkeluh kesah untuk menafkahi keluarga. Rintihan air mata, deraian keringat bahkan harus terluka bukan menjadi penghalang bagi seorang kepala kelurga untuk tetap berjuang. 

Sosok kuat, Tangguh, dan pantang menyerah yang rela pulang ralut malam, bekerja untuk memnuhi kebutuhan hidup istri dan anaknya, yang rela berusha mencari dokter ketika kita sakit walaupun hujan menerpa, yang selalu mengingatkan kita untuk taat dalam beribadah, yang selalu mendoakan kita dalam setiap sujudnya, serta ayahlah yang merupakan cinta pertama bagi seorang anak perempuannya dan saat kita menikah kelak, ayahlah orang yang paling tak rela kehilangan. Jika kita melihat ayah kita cuek, sesungguhnya karena ayah tidak ingin terlihat lemah oleh anaknya (Jika Ibu Adalah Malaikat Tanpa Sayap, Maka Ayah Adalah Ksatria Tanpa Kuda, 2018).

Oleh karena itu, marilah kita menyeru kepada kebaikan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Selagi ada kesempatan, banggakanlah mereka, ukirlah senyuman indah di hadapan orang tua kita. Hargailah, cintailah, sayangilah mereka sebagaimana kasih sayang mereka yang tiada tara sejak buaian hingga saat ini. Manfaatlah waktu sebaik mungkin untuk mengabdikan diri kepada orang tua kita. 


By.Rizki