Sadfishing, Fenomena Curhat Berlebihan di Media Sosial

Di era digital saat ini, media sosial menjadi sarana utama untuk berbagi cerita dan mengekspresikan perasaan. Tidak jarang, unggahan bernada sedih menjadi viral karena menyentuh hati banyak orang.

Sadfishing, Fenomena Curhat Berlebihan di Media Sosial - Alodokter

Namun, sadfishing juga membawa risiko tersendiri yang bisa menimbulkan ketidaknyamanan, kecemasan, bahkan masalah baru jika tidak disikapi dengan bijak. Penting bagi kita untuk mengenali ciri, dampak, serta cara menghadapi sadfishing agar tetap menjaga kesehatan mental pribadi dan orang di lingkungan sekitar.

Sadfishing dan Ciri-Cirinya

Agar lebih mudah mengenali sadfishing dan membedakannya dari curhatan biasa, berikut ini adalah beberapa ciri-cirinya yang perlu diketahui:

1. Curhat berlebihan di media sosial

Orang yang melakukan sadfishing biasanya sering sekali mengunggah status, cerita, atau foto yang berisi tentang kesedihan, masalah pribadi, atau perasaan gagal.

Unggahan tersebut tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, tetapi bisa sangat sering, bahkan hampir setiap hari. Misalnya, seseorang selalu menulis status seperti, “Kenapa hidupku selalu begini?” atau “Rasanya sudah tidak kuat lagi,” tanpa memberikan latar belakang masalahnya.

2. Tujuan utama untuk mencari simpati

Unggahan sadfishing biasanya dibuat dengan harapan mendapatkan perhatian, dukungan, atau belas kasihan dari orang lain. Tanda-tandanya, kalimat atau foto yang dibagikan dibuat sekadar untuk menarik komentar atau reaksi “kasihan” atau “semangat ya”.

Contoh, seseorang menuliskan, “Tidak ada satu pun yang peduli sama aku,” atau mengunggah foto menangis tanpa penjelasan, sehingga mengundang teman-teman untuk bertanya atau menghibur.

3. Sering bercerita tanpa detail yang jelas

Pada sadfishing, pelaku jarang membagikan langkah apa yang sudah atau akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Mereka cenderung hanya berbagi tentang kesedihan atau peristiwa buruk, lalu berhenti di situ saja.

Sebagai contoh, seseorang berulang kali menulis tentang rasa stres karena tugas sekolah yang menumpuk, tetapi tidak pernah bercerita soal cara mencari bantuan, bertanya ke guru, atau mencoba menyelesaikannya.

4. Membuat teman lelah secara emosi

Jika terlalu sering membaca curhatan penuh kesedihan atau drama, teman atau pengikut online bisa merasa bingung, lelah, atau bahkan takut salah bersikap. Lama-kelamaan, mereka mungkin enggan menanggapi atau justru jadi menjaga jarak.

Misalnya, seorang teman yang selalu dimintai solusi atau hiburan atas masalah yang sama secara berulang kali bisa merasa stres dan kehabisan energi untuk membantu.

5. Tidak selalu mencerminkan masalah nyata

Walaupun sadfishing terkadang dilakukan karena masalah serius, ada juga yang melakukannya hanya untuk menarik perhatian, tanpa benar-benar mengalami kendala sebesar yang diceritakan.

Misalnya, seseorang “melaporkan” putus cinta secara dramatis dan berulang kali, padahal hubungan mereka hanya sebatas chatting singkat. Namun, sadfishing juga bisa menutupi masalah mental yang lebih dalam, seperti depresi atau kecemasan, yang justru butuh bantuan nyata.

Cara Merespons Sadfishing dengan Bijak

Jika Anda atau orang terdekat mulai menunjukkan tanda-tanda sadfishing, berikut ini adalah langkah-langkah sehat yang bisa dilakukan:

  • Beri perhatian secukupnya dan arahkan agar berbicara secara pribadi, jika memang membutuhkan bantuan nyata.
  • Jangan langsung menghakimi. Tanyakan bernada lembut apa yang sebenarnya sedang dirasakan.
  • Ajak untuk konsultasi dengan seorang konselor atau psikolog, jika curhatan terasa serius.
  • Batasi waktu bermain media sosial untuk mencegah stres dan tekanan dari lingkungan online.
  • Edukasi tentang cara curhat yang sehat. Ajarkan pentingnya memilih waktu dan orang yang tepat untuk berbagi masalah agar mendapat dukungan yang benar-benar bermanfaat.

Ketika curhatan dianggap hanya mencari perhatian, pelaku sadfishing bisa merasa kecewa, bahkan stres dan depresi. Unggahan sadfishing juga berisiko mengundang ejekan, komentar negatif, hingga perundungan digital (cyberbullying).

Bagi remaja yang sudah mengalami depresi atau kecemasan, sadfishing justru bisa memperparah kondisi karena kurangnya dukungan nyata. Hubungan dengan teman juga bisa terganggu sehingga berujung pada rasa kesepian.

Intinya adalah memberikan dukungan secukupnya dan menjaga batasan untuk melindungi kesehatan mental, baik untuk Anda sendiri maupun orang lain. Pasalnya, sadfishing terkadang bukan hanya perilaku mencari simpati, tetapi bisa menjadi sinyal adanya masalah yang lebih dalam.