Dampak Negatif Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional atau
international trade adalah kegiatan jual beli lintas batas negara. secara
lengkap, perdagangan internasional merupakan segala bentuk aktivitas
perdagangan dengan pelakunya adalah satu negara dengan negara lain dengan
adanya kesepakatan bersama. perdagangan internasional ini membuat kebutuhan
suatu negara atau masyarakat di suatu negara dapat tercukupi. Bentuk yang
didagangkan pun beragam, mulai dari barang, jasa, sampai investasi.
Perdagangan internasional ini membuat kebutuhan suatu negara atau masyarakat di
suatu negara dapat tercukupi. Bentuk yang didagangkan pun beragam, mulai dari
barang, jasa, sampai investasi.
Dampak negatif perdagangan internasional antara lain:
1.
Produk lokal asli buatan dalam negeri mengalami penurunan penjualan Perdagangan
internasional menciptakan pasar persaingan baru yang jangkauan dan lingkupnya
lebih luas karena mencakup mancanegara. Karena persaingan tersebut yang melibatkan industri antar-negara, ketika
industri luar memiliki kualitas produksi barang yang tinggi tetapi dengan harga
terjangkau, maka konsumen akan lebih tertarik untuk membeli produk luar. Akibatnya produk pribumi akan mengalami penurunan
dalam jumlah penjualan. Karena pasar biasanya cenderung mencari barang dengan
kualitas tinggi tetapi harga terjangkau. Selain itu, dengan terbukanya
perdagangan internasional pun memunculkan budaya konsumtif akan brand. Banyak
konsumen yang bersedia membeli barang impor dengan harga mahal, jika produk
tersebut merupakan produksi dari brand yang ternama demi mengikuti gaya hidup.
2. Cenderung ketergantungan pada
negara-negara maju
Dampak negatif berikutnya yang disebabkan
karena adanya perdagangan internasional adalah munculnya ketergantungan negara
miskin atau negara berkembang pada negara maju.
Hal ini disebabkan karena faktor produksi terutama teknologi, dimana
negara maju jauh lebih canggih di bidang teknologi sehingga memiliki produk
yang lebih berkualitas. Akibatnya warga
negara lokal dibanding berupaya berinovasi menciptakan produk serupa lebih
memilih impor dari negara maju tersebut. Jika dilihat dari segi konsumsi akan
barang, kita tahu bahwa pengembangan barang digital, teknologi, dan otomotif
dikuasai secara masif oleh negara yang sudah maju. Sedangkan negara berkembang dan negara miskin
cenderung hanya menjadi konsumen dan tidak berinovasi untuk menciptakan produk
yang sama, karena sudah nyaman dan dimanjakan produk impor.
3. Industri
kecil kalah bersaing
Modal adalah instrumen penting dalam
membangun usaha. Karenanya keterbatasan modal akan membuat industri dengan
pasar kecil mengalami banyak hambatan untuk melakukan pengembangan diri
terhadap usahanya. Dengan adanya aktivitas perdagangan internasional, hal ini
semakin menghimpit industri kecil dan membatasi ruang gerak dari industri
tersebut. Alhasil banyak pengusaha baru
yang harus gulung tikar karena selain harus berupaya melawan industri nasional
tetapi juga harus bersaing dengan industri internasional atau bahkan industri
multinasional yang memiliki jumlah modal lebih besar.
4. Adanya
persaingan tidak sehat
Pemerintah dalam memenangkan perdagangan
internasional seringkali menciptakan persaingan yang tidak sehat antar
industri. Pemerintah menerapkan banyak
sekali kebijakan seperti dumping, kemudian juga praktik tarif impor yang memicu
munculnya pungutan liar jelas sangat tidak sehat. Dengan adanya praktik seperti
itu yang kemudian dijadikan sebuah kebijakan akan menciptakan prinsip usaha
yang tidak sehat dan ada akhirnya merusak esensi awal dari adanya perdagangan
internasional.
5. Munculnya
penjajahan ekonomi dari negara lain
Ketika produk dalam negeri tidak mampu
mengimbangi pasar dan penjualan barang impor dari luar negeri, pada akhirnya
produk buatan Indonesia sendiri akan tersisih dan tidak laku di pasaran. Negara
yang banyak melakukan import barang dari luar negeri maka negaranya akan
dikuasai oleh produk dari negara lain. Masyarakat tidak akan membeli produk
lokal yang akhirnya tersisih dikalahkan oleh produk yang datang dari negara
lain. Sehingga secara tidak langsung kita telah dijajah karena dijadikan alat
pengeruk keuntungan bagi negara lain.
6. Munculnya
eksploitasi SDA dan SDM
SDA adalah sumber daya alam sedangkan SDM
adalah sumber daya manusia. Karena adanya perdagangan internasional, industri
nasional akan berusaha untuk bersaing dengan industri dari negara luar dengan
berbagai macam cara. Persaingan ini
menciptakan ambisi dan pada akhirnya berakibat dan berefek pada bangsa sendiri.
Para pemilik usaha di Indonesia akan melakukan eksploitasi terhadap sumber daya
alam dan sumber daya manusia tanpa memikirkan dampaknya bagi Indonesia. Dan kerugian yang akan dihasilkan nantinya.
Hal ini mereka lakukan demi mendapatkan keuntungan yang besar meskipun dengan
modal yang kecil.
7. Industri lokal akan kesulitan
mendapatkan bahan baku yang diekspor Dampak negatif perdagangan internasional
antara lain juga pada kesulitan bahak baku pelaku usaha lokal. Perdagangan
internasional membuat bahan mentah dalam negeri terjual di luar negeri.
Masifnya ekspor bahan mentah menyebabkan pasokan bahan mentah di Indonesia akan
menipis. Hal ini memberikan kesulitan
lainnya bagi industri lokal untuk melakukan produksi karena bahn baku yang
menipis atau bahkan tidak ada. Contohnya adalah industri baja indonesia yang
mengalami kesulitan dalam produksi. Hal ini dikarenakan bijih besi mentah telah
habis diekspor. Akibatnya industri lokal kesulitan melakukan produksi baja
karena bahan baku yang dibutuhkan tidak ada.
8. Menyebabkan turunnya nilai mata uang
rupiah
Dengan banyaknya kegiatan impor yang
dilakukan oleh negara tersebut, hal ini berdampak pada pertukaran nilai mata
uang rupiah dengan nilai mata uang luar negeri. Dampak negaif dari pertukaran
mata uang tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang rupiah. Untuk mengatasi
dampak negatif perdagangan internasional dapat dilakukan dengan kebijakan
pemerintah seperti pengenaan bea masuk, tarif impor, pajak, subsidi pengusaha
lokal, dan sebagainya. (FN)