Alam Gaib

Di dalam akidah Islam, istilah gaib mencakup banyak hal seperti kematian, rezeki, jodoh, roh manusia, akhir zaman, dan surga. Beriman kepada yang gaib adalah salah satu ciri muslim yang bertakwa. Ada lima perkara gaib dalam Islam, di mana kelima perkara itu ialah hari kiamat, turunnya hujan, apa yang ada di dalam rahim, apa yang dikerjakan hari esok, dan kematian. Kelima perkara tersebut menjadi rahasia Allah yang tidak dapat diketahui oleh makhluk-Nya. Hal ini difirmankan Allah dalam Alquran, surat Luqman ayat 34:

"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha mengetahui, Maha mengenal'."

Menurut Dr. Shalah Al-Khalidy membagi tiga macam hal gaib dalam Islam sebagai berikut :

1. Gaib masa lampau, yaitu kisah orang-terdahulu seperti kisah Nabi Adam memakan buah dari pohon ( terlarang ). Kisah seperti ini merupakan hal gaib bagi kita, karena tidak menyaksikan peristiwanya, tidak mendengarkan dan tidak mengalaminya sendiri.

2. Gaib masa kini, yaitu alam gaib yang ada saat ini, kita tidak bisa mendengarnya dan melihatnya, seperti alam malaikat dan alam jin. Bahkan wujud atau eksistensi Allah Swt. termasuk dalam hal gaib masa sekarang karena Dia ada namun kita tidak dapat melihat-Nya.

3. Gaib masa depan, seperti dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih yang berbicara tentang hal-hal yang akan terjadi di masa depan. Tanda-tanda kiamat, keluarnya Dajjal, Ya'juj dan Ma'juj, turunnya Isa a.s. ke bumi. Semua itu termasuk dalam gaib masa depan dan tahapan peristiwa kiamat.

Rukun iman ini termasuk dalam kategori gaib, iman kepada-Nya merupakan iman kepada yang gaib, diantara karakteristik orang-orang mukmin yang menonjol adalah beriman kepada hal gaib. Maka rasionalitas Islam adalah " rasionalitas gaibiyah " sedang rasionalitas materialisme adalah mengingkari hal gaib. Dalam surah Huud ayat 49 telah ditegaskan oleh Allah Swt. dengan firman-Nya, " Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa."

Diteruskan dengan surah Yusuf ayat 102, " Itulah sebagian berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal engkau tidak berada di samping mereka, ketika mereka bersepakat mengatur tipu muslihat (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur)."

Kedua ayat ini betul-betul memberitahukan kepada utusan-Nya bahwa kisah tersebut termasuk hal gaib.

Gaib di masa depan merupakan keharusan kita mengimaninya karena hal ini terkait erat dengan qada. Kewenangan Sang Pencipta dalam ketentuan yang tersimpan di Lauh Mahfuz dan ditulis sejak zaman ajali.

Tentang kiamat, merupaksn gaib masa depan dan tidak ada yang bisa memperkirakan kapan akan terjadi.

Hanya Allah Swt. yang mengetahui terjadinya hari kiamat. Semua makhluk yang diciptakan Allah Swt. termasuk manusia tidak akan mengetahui kapan terjadinya Hari Kiamat. Bahkan, para nabi dan rasul-Nya pun tidak ada yang mengetahui tentang perkara ini. Allah berfirman dalam surat al-A'raf ayat 187, " Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."Kendati demikian, masih ada sebagian manusia yang mencoba memperkirakan terjadinya hari kiamat. Dan anehnya, masih ada yang percaya. Padahal, perkara tersebut hanya diketahu Allah Swt.

Tentang hujan, hanya Allah Swt. yang mengetahui kapan terjadinya hujan. Semua makhluk Allah Swt tidak ada yang mengetahui kapan hujan turun. Bahkan, BMKG atau ahli iklim pun hanya bisa memperkirakan, tidak dapat mengetahuinya dengan pasti. Para malaikat juga tidak mengetahui kapan terjadinya hujan, kecuali setelah Allah Swt memerintahkan hal itu kepada mereka. Oleh karena itu hindarilah kita mengingkari atas kewenangan-Nya. Kita sebagai hamba-Nya hanya bisa memohon pada-Nya untuk datangnya hujan saat terjadi paceklik panjang dan sebaliknya, adapun keputusan hanya pada-Nya.

Kedua contoh gaib masa depan yaitu kiamat dan hujan bisa menguatkan kita untuk mengimani dan tidak mengurangi kewenangan-Nya. Menuju masa depan ( gaib ), tentu harus dibuatkan langkah-langkah strategis agar perencanaan yang sudah dibuat dapat dijalankan, ini merupakan bentuk ikhtiar kita, kemudian kita lanjutkan dengan berserah diri pada-Nya. Hasil yang diperoleh merupakan pemberian-Nya yang berupa karunia, maka selalu ingatlah bahwa hasil bukan semata karena upaya. Semoga Allah Swt. selalu mengingatkan dan menguatkan tauhid kita, agar kita tidak menjadi golongan orang-orang yang merasa " sombong " karena kepandaiannya.