Alam semesta
Alam semesta mengembang 9% lebih cepat dari dugaan sebelumnya. Hal ini terungkap dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam “The Astrophysical Journal” sebagaimana dilansir dari CNN.
Para ilmuwan telah memprediksi bahwa pengembangan alam semesta benar terjadi. Kini, hasil pengukuran dari Teleskop Luar Angkasa Hubble NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional, Amerika Serikat) mengonfirmasi hal tersebut.
“Perbadaan (antara pengukuran dan prediksi sebelumnya) tersebut semakin besar dan mencapai titik yang sudah dianggap mustahil sebagai sebuah kebetulan,” ungkap Profesor Fisika dan Astronomi Universitas John Hopkins sekaligus peraih Nobel, Adam Riess. Riess merupakan ketua Tim Shoes yang melakukan penelitian tersebut.
Kecepatan ekspansi alam semesta berbeda dengan dengan lintasan alam semesta setelah Big Bang 13 miliar tahun lalu. Lintasan tersebut diukur oleh Satelit Plank milik Badan Antarika Eropa (ESA). Satelit Plank mampu memetakan kilau cahaya sejak 380.000 tahun setelah Big Bang yang dinamakan “latar belakang gelombang mikro kosmik”, sehingga memungkinkan prediksi evolusi alam semesta.
Berdasarkan data dari Hubble, ilmuwan menganggap kemungkinan perbedaan tersebut hanya 1:100.000. Untuk mendapatkan data pengembangan alam semesta, Hubble mengukur cahaya dari 70 bintang yang terletak di Awan Magellan Besar, sekitar 162.000 tahun cahaya dari bumi dan merupakan galaksi tetangga kita (Bima Sakti). Getaran bintang menghasilkan tingkat terang-redup cahaya yang dapat diprediksi sebagai alat ukur jarak antar galaksi.
Pengukuran ini membantu perhitungan konstanta Hubble, kecepatan ekspansi alam semesta, dan memperkuat tangga jarak kosmik yang digunakan untuk menentukan jarak di alam semesta. Tangga jarak kosmik bergantung pada bintang dari galaksi yang berbeda sebagai penanda antar galaksi. Namun, pengukuran tersebut memakan waktu. Hubble hanya mampu mengambil satu foto ketika pengukuran selama 90 menit mengelilingi bumi.
Penelitian ini bukan saja mengenai 2 percobaan yang saling bertentangan. Kami mengukur sesuatu yang berbeda. Satu sisi, kami melakukan pengukuran seberapa cepat alam semesta mengembang seperti yang kita lihat. Di sisi lain, prediksi berdasarkan fisika mengenai awal alam semesta dan pengukuran seberapa cepat pengembangannya,” ungkap Riess.
Ia menambahkan apabila angka-angka pemodelan fisik dan matematis tidak sesuai, ada kemungkinan kuat bahwa model kosmologi yang ada belum mampu menghubungkan antara prediksi dengan hasil pengukuran secara langsung. Saat ini tidak ada penjelasan mengenai perbedaan tersebut. Namun, ilmuwan menduga materi gelap atau energi gelap (dark matter) sebagai penyebabnya. Teori yang baru dibutuhkan untuk mengungkapkan proses pembentukan alam semesta.Tim Shoes melanjutkan penelitian melalui konstanta Hubble untuk mengurangi ketidakpastian menjadi 1%, sedangkan saat ini masih 1,9%.Artikel ini telah tayang di halaman gatra.com dengan judul "Alam Semesta Mengembang Lebih Cepat dari Dugaan Sebelumnya".