Pengganggu pada Saat Pengabdian
                                            Oleh: Ryan Topani
Awal cerita, di suatu hari Ujang sedang melaksanakan kegiatan di sebuah desa terpencil nan sepi. Dalam kegiatan itu dia tidak sendirian, dia bersama sembilan orang temannya yang lain. Disana Alex dan teman-temannya tinggal di sebuah rumah tua yang menyimpan banyak cerita menyerikan dari warga setempat dan sudah lama di tinggalkan oleh pemiliknya.
Awalnya Alex dan teman-temannya tidak ada yang tahu bahwa dirumah tersebut sempat ada orang yang meninggal. Akan tetapi mereka baru mengetahui bahwasanya disana sempat ada orang yang meninggal dari cerita warga setempat. Berdasarkan dari warga sekitar dahulunya rumah itu dihunui oleh suami & istri. Menurut cerita mereka meninggal sekitar tujuh tahun lalu sebelum kedatangan Alex dan teman-temannya ke desa itu.
Apabila dilihat dari luar rumah itu memang tampak seperti rumah biasa pada umumnya, tidak terlihat menyeramkan namun apabila dilihat dari sisi dalamnya rumah tersebut baru akan terasa hawa-hawa negatifnya.
“Rumah ini mirip dengan rumah-rumah hantu yang biasa ada di pasar malam” ucap Taya yang tidak nyaman dengan rumah itu.
“Iya betul sekali, sepertinya rumah ini memang sudah beberapa lama tidak dihuni dan dibersihkan” ucap Atun.
“Kan memang iya rumah ini sudah tujuh tahun tidak berpenghuni” jelas Rayen.
“Lihat ini! dinding bolong-bolong, genteng bocor, astaga apa iya kita akan bertahan lama tinggal disini” cetus Taya lagi.
“Sudahlah! Tidak perlu berbicara terlalu jauh lagi seperti itu syukuri saja! Toh disini tidak perlu tempat tinggal lain selain rumah ini” ucap Alex meyakinkan teman-teman.
“Hmm iya juga, yah mau bagaimana lagi hanya rumah ini yang ada untuk kita tempati saat ini” ucap teman Alex yang lain.
“Yasudah, ayo mendingan kita bersih-bersih saja supaya rumah ini menjadi sedikit lebih bersih dan nyaman untuk kita tinggali saat ini” ucap Alex mengajak untuk bersih-bersih.
“Ayo, ayo, ayo” mereka pun bersedia mengikuti ajakannya tersebut.
Setelah usai bersih-bersih, dia pun mengantri untuk mandi.
Hari pun sudah gelap tibalah giliran dia yang mandi.
Beberapa jam kemudian dimalam itu dia sedang duduk di teras rumah sembari menyeruput kopi dan menghisap rokok. Tak terasa waktu pun terus berjalan dan rokoknya pun sudah habis sedangkan kopinya masih ada setengah gelas. Dia pun berniat untuk pergi ke warung untuk membeli rokok.
Kami yang sedang berkumpul untuk membahas program tersentak dengan heningnya salah satu teman kami. Sebut saja dia Mawar. Mawar tiba-tiba tertunduk dan terdiam. Ia kemudian perlahan tersenyum dengan suara yang berat. Kemudian dia menengadahkan diri berteriak seperti macan. Kami pun kaget dan ketakutan. Sontak, kami segera memegangi tangannya sembari dia mengamuk. Matanya melotot tajam, suaranya makin ngebass seperti suara pria, dan dia terasa semakin kuat. Kami yang sedang berkumpul langsung berdzikir sebisanya.