Menjadi Kemacetan
kita
lelah dan
mesin mesin tidak tahu bergerak
kau ingin aku menjadi sesuatu
yang ringan dan pandai terbang
aku lebih suka andai bisa menjadi mobil
bertumpuk di belakang pabrik
yang sudah pensiun
atau belukar yang menjadikannya taman
ular dari jendela mobil yang gelisah
tidak ada yang tampak indah bahkan
matahari yang menenggelamkan diri
dan jingga sebagian
hujan sejak lama sudah sial tercatat
di laporan tahunan departemen sosial
selebihnya
memilih sembunyi di sajak siapa penyair itu
dan aman jadi laut
atau langit
atau cuaca tanpa
ada yang mengubah namanya jadi keluhan
kau ingin aku jadi kekasih atau puisi yang tangannya
bisa memijat betismu yang kram
aku lebih suka andai bisa jadi trotoar
atau pohon tua
yang mengajakmu berlari-lari kecil
seperti bocah riang pulang sekolah
kita lelah dan kata-kata dusta
dan kota-kota jauh jatuh
dari layar telepon genggammu yang lelah
kau pandangi
kau sedih seolah semua orang yang kau
kenal tiba-tiba menghapusmu
kau ingin aku menjadi negara
atau hal-hal lain yang gemar berlibur
aku lebih suka andai bisa jadi buku
dongeng yang kau baca di tempat tidur
kau peluk aku
sambil tertawa membayangkan kita
sepasang anak kecil yang selamanya
ku peluk kau sambil membayangkan
lengan kita adalah negara satu satunya
mesin mesin ini tetap bodoh
dan tak tahu bergerak
teleponmu basah dan mati
dan lepas dari genggaman
tidur
atau mungkin maut memasuki tubuhmu
pelan-pelan
matamu museum kupu-kupu
ku lihat mimpi satu demi satu keluar dari
sana
aku
seperti biasa memikirkan cita-citaku
yang selalu
ingin segera berhenti jadi buruh