Ing Ngarsa Sung Tulada

Ing Ngarsa Sung Tulada

 Oleh Nurul Hikmah

 

Lima tahun lebih menjadi guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 11 Kota Bima belum dikatakan memiliki berpengalaman yang banyak bersama peserta didik dengan kompleksitas masalah yang hadapi di sekolah. Satu hal menjadi catatan secara pribadi bahwa menjadi guru bimbingan dan konseling harus yang memiliki Ing Ngarsa Sung Tulada adalah kata kunci yang paling utama dari sekedar ceramah berbusa di depan peserta didik. Peserta didik menjadi pengamat yang adil terhadap apa yang dilakukan oleh guru baik, disekolah maupun dilingkungan masyarakat. Peran guru dalam makna Ing Ngarsa Sung Tulada adalah bagaimana guru mampu menjadi seorang guru mampu mendidik. Ing Ngarsa Sung Tulada juga memiliki makna guru mampu memimpin dirinya sendiri sebelum orang lain/ peserta didik.

Awal-awal berinteraksi dengan peserta didik dengan sedikit ilmu yang diperoleh dibangku kuliah banyak hal yang menjadi evaluasi secara pribadi untuk terus memperbaiki diri untuk lebih baik dan memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya lebih menyenangkan walaupun awal-awalnya kesan masuk ruang BK dan berinteraksi dengan guru BK membuat peserta didik merasa “horor”. Bagi guru BK menjadi berusaha menjadi teladan dalam bersikap bila berhadapan dengan peserta didik di ruangan BK. Peserta didik terutama yang dipaksa untuk ke ruang BK karena ada masalah misalnya berkelahi dengan sesama peserta didik.

Sebagai guru Bimbingan dan Konseling yang terus berproses kami terus melakukan inovasi untuk membuat program BK yang berusaha agar peserta didik tidak lagi secara terpaksa ke ruang guru. Salah satu program pojok baca dan bibliokonseling. Layanan bimbingan dan konseling memiliki aspek layanan belajar.  Kami memilih metode dalam memberikan layanan belajar pada peserta didik salah satunya dengan membuat pojok literasi, bibliokonseling dan pohon literasi yang dapat dengan mudah dapat dilaksanakan pada lingkungan sekolah masing-masing.

 Guru BK telah menjalankan program pojok baca dan pohon literasi pada SMP Negeri 11 Kota Bima sejak April 2019 hingga sekarang. Berikut sepuluh langkah dalam pelaksanaan program pohon literasi pada ruang BK di sekolah. Pertama, menyusun rencana kegiatan. Kedua, Mengumpulkan buku-buku yang edukatif baik fiksi maupun non fiksi, yang sesuai dengan umur peserta didik. Buku-buku yang sediakan minimal oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) telah membaca isinya atau membaca daftar isi dari buku tersebut, guru BK paham maksud dari isi buku. Ketiga, mendesain pohon literasi pada dinding ruangan bimbingan dan konseling. Keempat, sosialisasi program pohon literasi dan ada hadiah menarik bagi peserta didik telah membaca minimal 10 buku untuk setiap semester. Kelima, guru BK memberikan layanan yang nyaman serta berdiskusi pada peserta didik agar peserta didik benar-benar membaca buku dan menulis kesimpulan serta menempelkan pada pohon literasi.Keenam, menyediakan buku khusus admintrasi peminjaman buku dan kertas kecil berwarna-warni untuk menulis kesimpulan dari isi buku menurut peserta didik. Ketujuh, konsisten menjalankan program pohon literasi berapapun yang ingin ikut membaca buku serta selalu menambah koleksi buku terutama yang paling menarik bagi peserta didik. Kedelapan, selalu mengingatkan untuk menjaga dan merawat buku karena untuk pentingan bersama. Kesembilan, menyediakan hadiah bagi yang rajin membaca buku sebagai bentuk penuhi janji dan apresiasi terharap perkembangan membaca buku. Kesepuluh, mendokumentasikan kegiatan sebagai bukti penyelenggaran layanan BK.

Program literasi merupakan unggulan ini mampu menobrak istilah takut masuk ruang BK dan menjadikan kami juga harus terus membaca buku agar menjadi teladan untuk peserta didik.

Sekarang terus berproses menjadikan Ing Ngarsa Sung Tulada sebagai bagian tidak terpisahkan dari diri sebagai guru. (NH)