Ritual Mappadendang Suku Bugis
Ritual Mappadendang adalah wujud ritual panen masyarakat Bugis yang wajib diikuti oleh seluruh petani. Para petani akan menumbuk padi dalam lesung panjang yang disebut palungeng. Biasanya palungeng memiliki enam hingga dua belas lubang. Sementara untuk menumbuk padi, digunakan alu.
Saat melakukan ritual, setiap pemukul padi harus bersolek dan mengenakan pakaian khas tradisional Bugis yakni Baju Bodo. Dulu ritual ini dilakukan hampir di seluruh wilayah Sulawesi Selatan ketika musim panen tiba.
Namun sayangnya, tradisi ini mulai ditinggalkan meski ada beberapa daerah yang masih mempertahankannya. Selain bentuk suka cita atas hasil panen yang berlimpah, ritual Mappadendang juga terus diadakan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur. Ritual ini dilakukan selama tiga malam berturut-turut.
Komponen utama dalam ritual ini dilakukan oleh enam perempuan dan tiga pria, atau secara berpasang-pasangan. Mereka kemudian akan memecah biji padi yang telah ditelakkan ke dalam palungeng, diiringi dengan tabuhan rebana, petikan kacapi serta suling bambu khas suku Bugis. Dalam budaya suku Bugis ini, strata sosial antara pemilik sawah maupun buruhnya, dianggap setara.
Karena dianggap penting, beberapa pemerintah daerah menjadikan ritual panen Mappadendang menjadi program tahunan yang masuk dalam kalender pariwisata daerah. Selain melestarikan nilai-nilai budaya, diharapkan juga dapat menarik minat wisatawan.
(FN)