Raja Parkit

Dahulu kala, ada sekelompok burung
parkit di hutan. Kelompok parkit dipimpin oleh seorang raja. Suatu hari,
kehidupan damai mereka terancam oleh seorang pemburu yang berencana untuk
menangkap dan menjualnya di pasar.
Pemburu menempelkan lem di sekitar
sarang parkit untuk menjebaknya. Beberapa burung parkit dan raja parkit
terjebak pada lem yang telah dipasang pemburu sebelumnya.
Mereka telah mencoba melepaskan diri
dari jebakan tersebut, tetapi usaha mereka tidak membuahkan hasil. Semuanya
menangis minta tolong, kecuali raja mereka.
“Jangan panik teman-teman! Lem ini
dipasang oleh pemburu. Dia ingin menangkap kita hidup-hidup. Jika kita mati,
dia tidak akan membawa kita bersamanya. Saya menyarankan kita semua
berpura-pura mati ketika dia datang untuk mengambil kita besok. Saat pemburu
melepaskan kita dari perangkap ini, dia akan memeriksa apakah kita masih hidup
atau tidak. Jika dia mengira kita sudah mati, dia akan meninggalkan kita di
sini. Mohon tunggu hitungan saya sampai seratus, lalu kita akan terbang
bersama, ” kata raja parkit dengan tenang.
Semua parkit setuju dengan ide dari
Raja Parkit, “Ide bagus. Besok kita akan berpura-pura mati untuk membebaskan
diri dari pemburu. “
Pemburu datang keesokan paginya, dan
melepaskan parkit itu satu per satu dari perangkap. Menemukan mereka semua
tidak bernafas, pemburu itu sangat kesal.
Semua Parkit dibiarkan tanpa
pengawasan di tanah, dan pemburu hendak berjalan pulang. Tapi tiba-tiba,
pemburu itu terpeleset dan jatuh. Terkejut dengan kecelakaan itu, burung parkit
yang berpura-pura mati, serentak terbang ke segala arah tanpa menunggu penghitungan
raja mereka.
Pemburu menyadari bahwa para parkit
telah menipunya. Namun kemudian dia melihat seekor burung masih di tanah. Itu
adalah raja parkit yang masih berpura-pura mati.
“Kena kau!” dia menangkap raja
parkit.
“Aku akan membunuhmu,” kata pemburu
dengan amarahnya.
“Maafkan saya, Pak! Tolong jangan
bunuh saya! Tolong lepaskan aku, ” raja parkit meminta belas kasihan.
Tetapi pemburu itu menjawab dengan
marah, “Saya tidak akan membebaskanmu. Teman-temanmu dan kamu telah
membodohiku. Tapi aku tidak akan membunuhmu jika kamu berjanji untuk
menghiburku, ” kata pemburu itu.
“Baik, Tuan. Aku akan berkicau
untukmu setiap hari, ” kata raja parkit setuju.
Pemburu kemudian membawa raja parkit
tersebut ke rumahnya. Dia menempatkan parkit di dalam sangkar. Raja parkit
berkicau merdu setiap hari untuk menyenangkan pemburu.
“Suara yang bagus, untungnya saya
tidak membunuhnya,” kata si pemburu.
Kabar tentang indahnya suara raja
parkit itu pun didengar oleh raja Aceh. Raja memutuskan untuk mengundang
pemburu untuk datang ke istananya.
Raja bermaksud untuk membeli parkit
tersebut. Awalnya, pemburu tersebut menolak untuk menjual parkit tersebut.
“Ya Yang Mulia, saya tidak bermaksud
melawan keinginan Anda untuk memiliki burung ini, tetapi sulit bagi saya untuk
menyerahkannya kepada Anda,” kata si pemburu.
“Saya ingin membelinya dengan harga
tinggi,” jawab raja.
Setelah memikirkan harga yang
ditawarkan raja untuk beberapa saat, pemburu itu akhirnya berkata, “Ya Yang
Mulia, jika Anda benar-benar berniat memiliki burung itu, saya akan dengan
senang hati menjualnya kepada Anda.”
Raja senang mendengar jawaban
pemburu itu, dan segera membayarnya sejumlah uang yang dijanjikan.
Di istana, raja parkit dimasukkan ke
dalam sangkar emas. Dia diberi banyak makanan enak, tapi dia tetap merasa
terkurung. Dia berharap bisa pulang ke hutan dan bisa terbang bebas dengan
sesama parkitnya. Kesedihannya membuatnya sakit. Dia berhenti bernyanyi sama
sekali.
“Mengapa burung kesayangan saya
berhenti berkicau? Apakah dia sakit?” raja bertanya pada penjaga.
“Yang Mulia, saya tidak tahu persis
penyebabnya. Saya sudah memberinya banyak makanan enak dan merawatnya dengan
hati-hati, tapi dia tetap diam, ” jawab penjaga.
Raja sangat sedih mendengar
penjelasan penjaga itu. Sementara itu, di kandang emasnya, raja parkit mulai
memikirkan cara untuk melarikan diri. Dia mendapat ide.
“Saya akan berpura-pura mati seperti
yang pernah saya lakukan sebelumnya,” katanya dalam hati.
Keesokan paginya dia mulai melakukan
rencananya dan membayangkan bisa terbang dengan bebas. Penjaga istana yang
melihat kondisi raja parkit mendatangi raja untuk menyampaikan kabar buruk
tersebut.
Raja sangat sedih mendengar kabar
tersebut, karena suara burung parkit yang indah sudah tidak terdengar lagi.
Untuk mengungkapkan rasa cintanya pada raja parkit, raja menyuruh pengawalnya
menggali kuburan untuk parkit yang mati.
Upacara penguburan akan dilaksanakan
dengan tradisi kerajaan pada keesokan paginya. Parkit kemudian dikeluarkan dari
kandang emas. Semua orang mengira dia telah mati. Tiba-tiba, raja parkit
terbang dengan cepat dan tinggi di langit.
Semua orang heran melihatnya, karena
mereka mengira dia sudah mati. Raja parkitpun mendapatkan kebebasannya kembali,
dan terbang langsung ke hutan.
Pesan Moral: Jangan mudah panik saat
dihadapkan dengan suatu masalah. Gunakan akal yang jernih untuk menemukan
solusi.