Efek Samping Cuci Darah
Efek samping cuci darah yang
perlu Anda ketahui
Pasien penyakit ginjal kronis yang
kehilangan fungsi ginjal lebih dari 85% wajib melakukan cuci darah.
Cuci darah atau dialisis terbagi menjadi dua, yaitu
hemodialisis dan
dialisis peritoneal.
Pada metode cuci darah hemodialisis, cuci darah
hanya dapat dilakukan di rumah sakit hingga tiga kali dalam seminggu.
Sementara itu, dialisis
peritoneal dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam lapisan perut
peritonium untuk menyaring darah. Dialisis peritoneal bisa dilakukan setiap
hari di rumah.
Sama dengan prosedur pengobatan lainnya, cuci darah
juga bisa menimbulkan efek samping. Risiko dari cuci darah ini meliputi
kondisi berikut.
1. Rasa lelah
Efek samping cuci darah yang umum terjadi, yaitu
rasa lelah. Kondisi ini umum terjadi jika Anda telah cuci darah dalam jangka
waktu panjang.
Rasa lelah diakibatkan oleh beberapa kondisi, di
antaranya:
- kehilangan
fungsi ginjal,
- pembatasan
asupan tertentu,
- stres
dan cemas, dan
- efek
dialisis yang terjadi pada tubuh.
2. Haus
Efek samping cuci darah hemodialisis bisa
menyebabkan cairan tubuh berkurang.
Terlebih, Anda harus membatasi asupan cairan agar
tidak menyebabkan hipertensi, merusak jantung, dan pembengkakan.
Hal ini tentu menyebabkan Anda haus dan mulut kering.
3. Tekanan darah menurun
Tekanan darah menurun (hipotensi) merupakan salah
satu efek samping hemodialisis yang paling sering ditemui.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya kadar cairan
dalam tubuh selama proses dialisis. Akibatnya, volume darah berkurang dan
menyebabkan tekanan darah turun.
Tekanan darah yang rendah dapat menyebabkan rasa
mual dan pusing.
4. Sepsis
Efek samping cuci darah jenis hemodialisis juga
lebih rentan terkena sepsis atau
infeksi darah.
Hal ini disebabkan bakteri masuk ke darah dan
beredar ke seluruh tubuh. Sepsis cukup berbahaya karena bisa menimbulkan
kegagalan berbagai organ tubuh.
Gejala yang perlu Anda waspadai, yaitu demam dan
pusing. Jika tubuh Anda terasa demam, segera telepon petugas kesehatan sesegera
mungkin.
5. Kram otot
Selama hemodialisis, beberapa orang mengalami kram otot skram
otot, terutama pada betis bawah.
Risiko cuci darah ini diperkirakan muncul akibat
otot bereaksi saat tubuh kekurangan cairan dan ketidakseimbangan mineral
elektrolit.
6. Kulit gatal
Dikutip dari situs National
Kidney Foundation risiko hemodialisis ini menguras
cairan tubuh Anda. Hal ini menyebabkan kulit kering memicu rasa gatal.
Tidak hanya itu, hemodialisis juga menyebabkan
kadar fosfor di dalam darah meningkat. Fosfor bisa mengikat kalsium sehingga
menyebabkan kulit gatal.
7. Peritonitis
Bagian peritoneum kerap kali mengalami infeksi
bakteri jika Anda menggunakan cuci darah peritoneal.
Infeksi juga bisa berkembang pada bagian tubuh di
sekitar kateter yang mengalirkan cairan pembersih darah atau dialisat.
Biasanya, infeksi ini terjadi jika orang yang
melakukan cuci darah kurang terlatih dan tidak hati-hati. Peritonitis juga bisa
muncul bila alat cuci darah tidak bersih.
Beberapa gejala peritonitis yang
bisa muncul, yaitu:
· demam,
· sakit perut,
· menggigil,
· meriang, dan
· cairan dialisat keruh.
8. Berat badan naik
Cairan dialisat mengandung gula jenis dekstrosa.
Tubuh mungkin menyerap dialisat sehingga Anda mendapatkan asupan kalori
tambahan.
Jika Anda tidak mengendalikan asupan dan kurang
aktif bergerak, Anda mungkin rentan mengalami berat badan naik.
9. Hernia
Risiko cuci darah peritoneum ini membuat cairan di
dalam tubuh menumpuk. Pasalnya, cara cuci darah yang satu ini memerlukan cairan
tambahan dari dialisat.
Cairan ini akan menekan perut Anda dari dalam. Hal
ini membuat otot perut Anda menjadi tegang dan memicu hernia.
Anda bisa menjumpai benjolan di perut (hernia) yang
mungkin terasa tidak sakit dan hanya bisa ditemukan saat cek berkala.
Pada beberapa orang, beberapa aktivitas bisa
membuat benjolan muncul, seperti batuk atau membungkuk.
(FN)