BIOGRAFI CUT NYAK DIEN


Cut Nyak Dien merupakan pahlawan nasional wanita asal Aceh yang terkenal pemberani dan cerdas. Dia mengambil jalan gerilya dan menghindari jejak saat berperang melawan penjajah.

Kampung Lampadang, Aceh merupakan tanah kelahiran Cut Nyak Dien. Kampung ini masuk dalam wilayah VI Mukim dengan ibu kotanya Peukan Bada. Sebelah utara berbatasan dengan laut di pantai utara bagian barat Aceh Besar.

Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan dari garis keturunan ibunya. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Teuku Nanta Setia sendiri merupakan keturunan dari Machmoed Sati, seorang perantau asal Minangkabau, Sumatera Barat.

Pendidikan Cut Nyak Dien

Sebagai keturunan bangsawan, Cut Nyak Dien banyak dididik ilmu agama. Dikutip dari buku Cut Nyak Dien: Ibu Perbu dari Tanah Rencong karya Anita Retno Winarsih, masa kecil Cut Nyak Dien banyak dihabiskan untuk belajar seluk-beluk agama, di samping mempelajari budaya dan tradisi.

Pendidikan agama tersebut didapatkan dari kedua orang tua dan guru agama di lingkungan sekitar rumahnya. Dia belajar membaca dan menulis huruf Arab serta mendalami agama di masjid.

Walaupun tidak menempuh pendidikan formal, namun Cut Nyak Dien tumbuh dengan wawasan dan pengetahuan yang baik. Dia dikenal dengan pribadinya yang lemah lembut, tegas, dan berbudi luhur.

Selain belajar agama, Cut Nyak Dien juga belajar ilmu rumah tangga, seperti memasak, melayani suami, dan kehidupan sehari-hari lainnya. Ilmu tersebut diperoleh dari ibunya.

Perjuangan Cut Nyak Dien

Di usianya yang masih belia, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Keduanya terpaksa mengungsi ketika Lampadang dikuasai oleh Belanda. Peristiwa itu terjadi pada Desember 1875.

Pada Juni 1878, Lamnga tewas dalam perjuangan melawan Belanda di Gle Tarum. Diceritakan dalam buku Kisah dan Pahlawan Indonesia oleh Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim, semangat perjuangan baru Cut Nyak Dien muncul ketika ia menikah dengan Teuku Umar yang merupakan saudara ayahnya pada tahun 1880.

Cut Nyak Dien dan Teuku Umar memimpin pasukan Aceh melawan tentara Marsose Belanda yang terkenal kejam. Namun, Teuku Umar tewas dalam pertempuran di Meulaboh pada Februari 1899. Sejak saat itu, Cut Nyak Dien mengambil kemudi rakyat Aceh.

Selama berjuang melawan penjajah, Cut Nyak Dien melakukan perlawanan dengan cara bergerilya. Tempat persembunyiannya pun berpindah-pindah di dalam hutan. Di siang hari, Cut Nyak Dien dan pasukan selalu menghindari kepulan asap atau jejak.

(FN)