BAPAK PROKLAMATOR

Ir. Soekarno adalah orang pertama yang mencetuskan konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Soekarno dikenal sebagai Bapak Proklamator Republik Indonesia dan Presiden Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia periode 1945—1967.
Soekarno atau Bung Karno yang menjadi Bapak Kebangkitan Asia-Afrika mempunyai nama besar Putra Sang Fajar. Ia merupakan sosok hebat dengan gagasan pemikiran yang dihasilkan. Tidak jarang gagasan yang disampaikannya menuai kontroversi dan juga mengundang kekaguman. Jiwa kepemimpinan, patriotisme, dan kutu buku telah dekat dengan Bung Karno sejak kecil.
Pemikiran-pemikiran Soekarno dan gerakannya banyak diilhami masyarakat Indonesia. Gagasannya adalah nasionalisme akan terbentuk jika ada sikap gotong royong yang baik. Konsep gotong royong telah menjadi sistem dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang menghasilkan nasionalisme.
Tahun 1907, Soekarno masuk sekolah dasar atau sekolah rakyat (SR) di Tulung Agung. Pada tahun 1908, Soekarno masuk ke Sekolah Dasar di HIS, kemudian melanjutkan ke Europesche Legore School (ELS) di Mojokerto pada tahun 1913. Lulus dari ELS, Soekarno melanjutkan pendidikannya di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya pada 1916. Tahun 1921, Soekarno menyelesaikan sekolahnya di HBS. Ia kemudian melanjutkan sekolahnya di Technische Hoge School (THS) atau kini lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Soekarno berhasil memperoleh gelar insinyur pada tahun 1926.
Rasa nasionalisme Soekarno mulai tumbuh saat bersekolah di Surabaya dan tinggal di rumah tokoh Sarekat Islam, H.O.S Tjokroaminoto. Di sana Soekarno mulai berkenalan dengan paham dan konsep pemikiran seperti pemikiran Barat dan Islam. Pada 1926, Soekarno berhasil mendirikan Algeemene Studie Club di Bandung pada 4 Juli 1927. Organisasi ini yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan rumusan ajaran Marhaenisme.
Soekarno ditangkap Belanda pada 29 Desember 1929 akibat aktivitasnya di PNI. Lalu, dibebaskan pada 31 Desember 1931. Setelah bebas, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari PNI dan memimpinnya. Hal ini mengakibatkan dirinya kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores pada 1933.
Empat tahun kemudian, ia dipindahkan ke Bengkulu. Di Bengkulu, Soekarno berhasil kabur menuju Padang. Kemudian, menyeberangi Selat Sunda dan kembali ke Jakarta pada Juli 1942. Perjuangan Soekarno bersama para tokoh lainnya membuahkan hasil dengan mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan. Bersama dengan Mohammad Hatta, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Pemerintahan pada masa Soekarno, dimulai tahun 1945 hingga 1967 dan sudah berganti kabinet sebanyak 28 kali. Pada Agustus 1965, kesehatan Soekarno mulai menurun. Setelah bertahan selama lima tahun dengan penyakitnya, Soekarno meninggal dunia di RSPAD Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970.
Selama menjadi presiden, di awal kemerdekaan, Soekarno harus mengahadapi berbagai macam rintangan sebagai presiden dari sebuah negara yang baru saja merdeka. Soekarno berusaha untuk membangun perekonomian Indonesia secara mandiri dengan tidak bergantung pada pihak asing. Bahkan, Soekarno dikenal sebagai antiasing, karena menentang pendekatan kembali dengan Barat. Hal ini membuat para kreditor dan investor merasa jera dengan sikap Soekarno. Dalam pidatonya pada 1 September 1961 pada KTT Non-Blok di Beograd, Serbia, Presiden Soekarno memperingatkan bahwa nilai kemerdekaan yang paling tinggi adalah “berdiri di atas kaki sendiri” atau “berdikari” dan karena itu tidak boleh “meminta-minta” dalam usaha merehabilitasi ekonomi.
Oleh karena itu, orientasi pembangunan ekonomi pada era Soekarno lebih ke arah “orientasi ke dalam”. Strategi ekonomi “berorientasi ke dalam” lebih mengedepankan usaha memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati-hati.
(FN)