Sedekah Ladang Rezeki

Hidupku bisa dikatakan sangat pas-pasan karena uang yang kami punya mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Namun tak mengapa, aku sangat bersyukur karena masih banyak orang-orang yang jangankan memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan saja terkadang tidak punya.
Apalagi ayah, ibu, dan kedua saudaraku begitu baik. Keluarga kami sangat harmonis dan hangat.
Ibu dan ayah adalah petani yang mengurus kebun milik orang lain. Sementara kedua saudara dan aku sibuk sekolah.
Setelah sekolah aku dan kedua saudara sering membantu ayah dan ibu agar pekerjaan mereka cepat beres.
Setiap malam selepas magrib merupakan momen yang ditunggu karena aku dan keluarga bisa makan malam.
Jika sedang ada uang, ibu membelikan daging ayam. Di waktu itulah aku sangat menikmati hidup dan sangat bersyukur.
Tetapi seringnya, lauk pauk yang dihidangkan ibu adalah tahu tempe karena memang uang yang tidak cukup.
Hidup serba kekurangan tak membuat keluarga kami punya mental meminta-minta atau utang sana-sini.
Ayah terkadang rela bekerja ekstra di luar berkebun demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Ibu pun demikian, ia sering menjadi buruh cuci para tetangga untuk menambah penghasilan.
Kehebatan orang tuaku benar-benar tak bisa diragukan, mereka sering membiarkan anak mereka makan terlebih dulu supaya kenyang.
Sisa nasi dan lauk pauk, barulah mereka makan.
Aku dan kedua kakakku sering sedih melihat keadaan keluarga yang serba kekurangan.
Namun, ayah dan ibu terlihat sering tegar jika melihat kami murung.
Uniknya walau kami pas-pasan dan tak punya uang lebih, di setiap subuh ayah sering menyaku uang hasil ia bekerja.
Tetapi uang itu tak dibelikan apa pun.
Aku pernah bertanya kepada ayah.
“Uang itu dibelanjain apa, yah?” tanyaku.
“Sedekah subuh, nak,” jawabnya singkat sambil tersenyum.
Ayah lalu menjelaskan, jika sedekah subuh mempunyai banyak manfaat, salah satunya dilancarkan rezeki.
Bagi ayah, kita bisa hidup sehat dan makan setiap hari adalah rezeki besar dari Tuhan.
“Apa pun keadaannya, sesempit apa pun hidup kita, bersedekahlah, hal itu akan membuat hidup kita menjadi lapang,” ayah pernah berkata demikian.
Hal itu benar adanya. Meski hidup pas-pasan, tapi keluarga kami hidup damai dan tenang.
Mungkin itulah rezeki yang Tuhan beri, yaitu berupa hidup dengan penuh ketenangan.
“Percayalah, selalu ada rezeki yang terbuka jika kita bisa membantu sesama,” ungkap ayahku.
(FN)