Danau Toba

Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Sumatera Utara hiduplah seorang petani bernama Toba. Ia bekerja sebagai petani dan menangkap ikan. Setiap sorea selesai menggarap ladang, ia menuju sungai dekat rumahnya. Namun hari itu amal sial, seharian ia duduk di tepi sungai, tak seekor pun ikan mau menyantap umpan kailnya.
Toba sangat kesal dan mulai putus asa. Akhirnya ia memutuskan pulang. Anehnya, baru saja akan bangkit, tiba-tiba kailnya ditarik ke dasar sungai. Karena tarikannya terasa berat, ia yakin akan menangkap ikan besar. Benar saja, setelah ia angkat, seekor ikan mas sebesar paha manusia menggelepar-gelepar di hadapannya. Betapa senangnya Toba. Segera dibawanya ikan tersebut pulang.
Sesampainya di rumah, sebuah keajaiban terjadi. Ketika ia hendak memotong ikan itu, tiba-tiba ikan tersebut dapat berbicara. “Tolong jangan bunuh aku. Nanti aku akan membantu kehidupanmu.”
Toba terheran-heran. “Tapi aku lapar. Aku butuh lauk untuk makan hari ini.” Kata Toba.
“Nanti akan ku sediakan makanan untukmu. Lepaskanlah aku.” Jawab ikan itu mengiba. Toba yang kasihan padanya akhirnya melepaskan kembali ikan tersebut ke sungai.
Ajiab. Setibanya di rumah, terhidang makanan lengkap di meja. Bahkan di dapur ada seorang wanita cantik jelita yang sedang memasak.
“Terima kasih kau telah menolongku. Aku adalah wanita jelmaan ikan itu. Sekarang aku mengabdi kepadamu.” Ujarnya. Wanita tersebut ternyata merupakan seorang putri yang dikutuk menjadi ikan.
Beberapa waktu kemudian, Toba ingin sekali menikahi wanita cantik itu. Wanita itu setuju namun ia mengajukan sebuah syarat.
“Jangan sekali-sekali kau mengatakan asal-usulku dari mana, sekalipun kepada anak kita nanti. Bila kau langgar maka akan terjadi sebuah bencana.” Toba menyanggupi hal tersebut.
Tidak lama, mereka kemudian dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Samosir. Mereka hidup bahagia. Tetapi karena Samosir hidup dimanja, ia tumbuh menjadi anak yang malas. Bahkan tingkahnya cenderung nakal.
Suatu hari, ibunya menyuruh Samosir untuk mengantarkan nasi untuk ayahnya. Karena dipaksa, kali ini Samosir mau melaksanakannya. Namun di tengah jalan, ia merasa lapar dan memakan makanan tersebut.
Di sisi lain, Toba yang merasa lapar tak sabar menanti-nanti. Berkali-kali ia menengok ke ujung jalan, dan ketika Samosir datang ia hanya menyerahkan nasi sisa. Betapa marahnya Toba, “Anak kurang ajar. Berani benar kau memberi ayahmu nasi sisa! Dasar anak keturunan ikan!”
Lalu dipukulnya Samosir hingga ia menangis. Samosir kemudian segera pulang dan menemui ibunya dan mengadukan apa yang terjadi.
Ibunya terperanjat. Tiba-tiba petir menyambar langit. Seketika angkasa menggelap. Cepat-cepat wanita itu menyuruh Samosir naik ke bukit paling tinggi.
“Cepatlah Nak! Selamatkan dirimu!” teriaknya. Samosir segera berlari menuju bukit. Lalu turunlah hujan amat lebatnya. Wanita itu segera terjun ke dalam sungai dan kembali berubah menjadi ikan.
Sungai mendadak bergolak. Toba ketakutan, dan teringatlah ia pada janjinya yang sudah ia langgar. Tapi sudah terlambat, air sungai terus meluap dan menenggelamkan seluruh desa. Lama-kelamaan genangan air itu membentuk sebuah danau bernama Danau Toba. Sedangkan pulau di tengah-tengahnya dinamakan Pulau Samosir.
(FuN)