Alue Naga dan Sultan Meurah
Di tanah Aceh, hiduplah seorang sultan bernama Meurah, yang terkenal baik dan bijaksana. Dia sering berkeliling ke desa-desa untuk mendengar keluh kesah rakyat yang jauh dari jangkauannya.
Pada suatu hari, Sultan Meurah berkunjung ke desa di Aceh dan mendengar keluhan rakyat tentang hilangnya hewan ternak dan seringnya merasakan gempa di daerah tersebut. Salah seorang warga mengeluh, "Sultan, sapi saya hilang tadi dini hari. Kemarin juga 2 kambing tetangga saya hilang entah kemana."
Sultan Meurah prihatin dengan masalah ini dan memerintahkan sahabatnya,
Renggali, untuk menyelidiki kejadian tersebut. Renggali pun bergegas menuju
bukit yang menjadi sumber gempa. Di sana, ia menemukan genangan air yang luas
dan mendengar suara menggelegar dari dalamnya.
Renggali mencari asal suara dan terkejut melihat seekor naga besar yang tertutup semak belukar. "Tolong, maafkan aku!" seru suara itu, diikuti oleh gempa yang terjadi.
Sang naga mengaku sebagai sahabat dari ayah Sultan
Meurah yang telah meninggal. Naga tersebut merindukan ayahnya dan meminta
Renggali untuk memanggil Sultan Alam.
Namun, Sultan Alam sudah tiada, dan saat Sultan Meurah mendengar permintaan
sang naga, ia bertanya, "Apa yang sebenarnya membuatmu lumpuh?"
Naga itu mengungkapkan dengan terisak bahwa dulu ia diperintah oleh Sultan Alam untuk mengantar pedang ke sahabatnya, Tuan Tapa, dan Raja Linge. Sebagai ganti atas kerjanya, Tuan Tapa memberi 6 ekor kerbau.
Namun, saat perjalanan, godaan untuk memakan 2 ekor kerbau membuatnya memfitnah salah satu anak buah Raja Linge, yang akhirnya dibunuh oleh Raja Linge. Karena perbuatannya yang jahat, naga itu lumpuh oleh pedang Raja Linge.
Sultan Meurah dan Renggali merasa iba mendengar cerita sang naga dan mencabut pedang yang menyebabkan lumpuhnya naga tersebut. Setelah pedang lepas, sang naga diminta untuk kembali ke tempatnya berasal yaitu di laut.
Sambil menangis, naga itu pun menggeser tubuhnya menuju laut dan membentuk sungai kecil bernama Sungai Alue Naga.
(FuN)