Pendidikan Karakter

Manusia memiliki kemampuan untuk terus belajar dan bertransformasii, hal tersebut sebagaimana dasar dan esensi dari pendidikan karakter yang jarang teraplikasikan. Di Indonesia sendiri penerapan pendidikan karakter masih sebatas pada penekanan moralitas.
Pendidikan moral memang perlu, namun porsinya terkadang timpang dengan berbagai aspek lainnya, seperti pemahaman dan logika. Selain itu, pendidikan karakter di Indonesia sejauh ini dalam aplikasinya masih searah, yaitu guru menerangkan dan siswa mendengarkan.
Moralitas juga erat kaitannya dengan “humanisme”, atau cara bagaimana manusia dapat memanusiakan orang lain. Namun, untuk mencapai humanisme terkadang banyak orang lupa jika dibutuhkan beberapa unsur pendukung—tidak sebatas pada teori-teori moralitas.
Sebagaimana kita ketahui, melalui sekolah murid-murid sudah dicekoki dengan berbagai teori moralitas tentang hukum-hukum kebenaran dan keburukan. Bukannnya hal tersebut salah, namun murid masih perlu diajak berpikir terkait pemaham adanya suatu teori benar dan salah tersebut.
Ketika para murid dapat melakukan pemahaman atas analisis yang dilakukan bersama pengajar, maka murid dapat mengerti esensi dari suatu kebenaran, dan dapat menemukan jawaban “mengapa kebenaran harus dilakukan”.
Penanaman pendidikan karakter sejak dini memang dibutuhkan pembenahan secara mendalam mulai dari sistem pendidikan yang telah ada. Kurikulum, bahan ajar, hingga kualifikasi pendidik adalah beberapa hal utama yang mesti dibenahi kembali.
Jika pendidikan karakter menerapkan prinsip humanisme dan pemahaman, bukan tidak mungkin Indonesia di masa depan akan bebas dari para pejabat yang korupsi dan akan lebih toleran terhadap berbagai perbedaan.