Pendidikan Remaja
Usia remaja adalah periode transisi manusia dari masa anak anak menuju awal dewasa, di mana secara psikis akan memiliki ego dan kepribadian yang lebih rentan. Hal tersebut dikarenakan manusia yang memasuki remaja akan berusaha mencari identitas diri.
Jika pada masa anak-anak ruang keluarga adalah yang utama, di masa remaja manusia akan berusaha mencari ruang di luar keluarga. Tentu lingkungan akan sangat berpengatuh terhadap perkembangan anak-anak yang memasuki usia remaja.
Selain karakter yang berubah, bentuk tubuh dan fisik remaja akan mengalami transisi dari sebelumnya. Beberapa organ vital akan aktif dan di usia ini remaja secara naluriah akan mencari tahu berbagai hal tentang seksualitas.
Indonesia adalah salah satu negara yang masih menganggap seksualitas adalah hal yang tabu dan menurup rapat rapat berbagai hal yang menyinggung seks. Hal tersebut di masa sekarang ternyata memiliki dampak yang serius bagi remaja, terutama yang kemudian mencari tahu sendiri tentang seksualitas.
Rasa ingin tahu yang tinggi dan hasrat seksualitas yang mulai aktif di usia remaja, tidak sedikit menimbulkan berbagai dampak negatif dalam masyarakat, beberapa di antaranya adaah kehamilan di luar nikah hingga kasus pelecehan seksual.
Di zaman yang menawarkan berbagai akses informasi yang tidak terbatas ini, pendidikan seks usia remaja tentu adalah hal yang penting dilakukan. Namun kendalanya adalah usaha tersebut harus melawan kebudayaan yang ada di Indonesia sendiri.
Tidak hanya lembaga pendidikan seperti sekolah yang harus mengkampanyekan edukasi tentang alat reproduksi, namun lingkup keluarga juga memiliki peranan yang penting.
Keluarga harus ikut berperan dalam edukasi remaja, agar mereka tetap mengganggap keluarga sebagai rumah untuk kembali. Selain itu tawar menawar dengan budaya tabu juga harus dipertimbangkan, karena bagaimanapun budaya kita akan menganggap aneh membicarakan seks di meja makan keluarga.
Namun perlu dipahami jika pendidikan remaja yang masih fokus pada seksualitas masih terlalu sempit. Di laur seksualitas, masih banyak hal yang harus diperhatikan, seperti etika, budi pekerti, tanggung jawab, pemahaman, dan penalaran.
Jadi, jika ada pendapat yang menyatakan pembentukan karakter manusia ada pada masa tumbuh kembang anak (usia di bawah 10 tahun), maka hal tersebut salah besar, karena manusia akan selalu bertransformasi hingga akhir hayatnya.
(FuN)