DEAR NATHAN
Dear Nathan menceritakan tentang beberapa remaja yang masih dalam lingkup anak SMA. Ada dua tokoh utama dalam novel tersebut, kedua tokoh tersebut memiliki karakter atau watak yang jauh berbeda bagaikan langit dan bumi.
Salma, murid pindahan yang dalam novel tersebut ditempatkan di sekolah yang kebanyakan siswanya suka dengan tawuran dan urakan. Salma adalah seorang gadis lugu yang segala tindakannya harus sempurna karena dia takut jika berbuat kesalahan di sekolah barunya.
Di hari pertama ia bersekolah, Salma sudah terlambat upacara bendera jadi gerbang sekolah sudah dalam keadaan terkunci, Salma pun tak bisa masuk. Namun, tiba-tiba ada seorang remaja laki-laki yang menghampirinya.
Remaja itu bernama Nathan, yang membantu Salma mengatasi masalahnya karena menunjukkan jalan rahasia untuk masuk sekolah tanpa melalui gerbang depan. Di suatu waktu akhirnya Salma tahu bahwa cowok yang menolongnya dari keterlambatan termasuk salah seorang murid di sekolah tersebut yang dikenal suka bikin ulah dan hobi berkelahi.
Waktu berjalan makin cepat, Nathan merasa canggung dengan dirinya sendiri, ia seakan tak mengenal dirinya. Nathan heran kenapa saat ia dekat dengan Salma, ada sambutan halus dari hatinya. Seakan ada kebahagiaan tersendiri yang ia rasakan.
Entah apa yang terjadi, hubungan Nathan dan Salma menjadi makin dekat. Nathan yang sebelumnya dikenal urakan telah banyak mengalami perubahan. Nathan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Meski begitu, Nathan tak pernah mampu mengungkapkan perasaannya pada Salma karena menurutnya Salma selalu jutek jika bicara dengannya. Lalu bagaimana dengan Salma? Apakah Salma juga memiliki rasa yang sama seperti apa yang dirasakan Nathan terhadap dirinya?
- Kelebihan
Dengan berlatar anak SMA, novel ini sangat akrab untuk anak-anak remaja. Penulis novel menggambarkan karakter tokoh-tokohnya dengan jelas. Sosok Nathan digambarkan sebagai sosok yang aktif dan unik sehingga membuatnya sulit ditebak. Meski begitu, dalam novel ini Nathan adalah seorang laki-laki yang tidak suka melihat perempuan diremehkan dan disakiti. Hal ini bisa dilihat dari rangkaian kata-kata yang tertulis dalam novel Dear Nathan.
- Kekurangan
Kaidah literasi yang digunakan kurang baik, ada beberapa kata yang dinilai tidak baku dan tidak efisien. Penggunaan diksi dalam novel Dear Nathan juga terkadang tidak pas. Novel yang diangkat dari waatpad ini juga menggunakan sapaan, 'saya-kamu', untuk tokoh Nathan yang dirasa pembaca sangat tidak cocok untuk karakter seorang Nathan yang sebelumnya digambarkan sebagai bad guy.
Sumber: https://www.bola.com/ragam/read/4935594/kumpulan-contoh-resensi-novel-yang-bisa-jadi-referensi?page=3