Budidaya Terumbu Karang
Terumbu
karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis algae
yang disebut zooxanthellae dan termasuk dalam jenis filum Cnidaria yang
memiliki tentakel.
Indonesia
yang notabene sebagai negara kepulauan sudah pasti memiliki ekosistem terumbu
karang yang sangat luas. Tercatat luas wilayah ekosistem rerumbu karang di
Perairan Indonesia diperkirakan mencapai 2,5 juta hektar.
Seperti
yang kita ketahui peranan terumbu karang dalam ekosistem laut sangatlah
penting, kita ambil contoh seperti menjadi habitat berbagai spesies biota laut,
menjadi tempat berkembang biak biota laut, dan lainnya.
Di
samping peranannya yang penting, ekositem terumbu karang di Indonesia
disinyalir mengalami tekanan berat akibat dari kegiatan penangkapan ikan
menggunakan racun dan bahan peledak yang menyebabkan kerusakan pada terumbu
karang.
Mantan
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip sutardjo menuturkan, luas hamparan
terumbu karang di Indonesia itu setara 18% dari total luas terumbu karang
dunia. Merujuk pada hasil survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
hingga akhir 2012, hanya 30% terumbu dalam status baik, 37% dalam kondisi
sedang, dan sisanya mengalami kerusakan.
Kondisi
tersebut menyebabkan urgensi adanya kegiatan konservasi terumbu karang termasuk
yaitu budidaya terumbu karang.
Tujuan
penulisan essay ini adalah memberikan inovasi mengenai mekanisme budidaya
terumbu karang menggunakan metode RAS (Recirculating Aquaculture System)
agar lebih mudah dan efisien karena seperti yang kita ketahui dalam
pelaksanaanya, kegiatan budidaya terumbu karang masih terbilang sulit dilakukan
dalam hal sistem pengairannya. Harapannya dengan adanya inovasi ini dapat
membantu mekanisme konservasi terumbu karang menjadi lebih mudah dan efisien.
Budidaya
terumbu karang belakangan ini gencar dilakukan karena melihat kondisi terumbu
karang yang semakin mengalami penurunan kualitas dikarenakan adanya kegiatan
yang merusak ekosistemnya seperti penggunaan bahan peledak dan alat tangkap
yang illegal.
Akan
tetapi dalam pelaksanaanya biasanya pembudidaya terkendala dalam hal suplai air
laut yang biasanya pembudidaya diharuskan membeli dengan harga yang cukup
tinggi apalagi untuk suplai pembudidaya yang menggunakan kolam.
Di
pasaran harga untuk per 1000 liter air laut yaitu Rp550.000 hingga Rp700.000
an. Namun terkadang ada minimal syarat pembelian yang ditetapkan oleh supplier
yaitu rata-rata 8000 liter. Jadi, pembudidaya harus mengeluarkan biaya sekitar
4 juta-an belum lagi untuk biaya perawatan dan sebagainya. Maka dari itu untuk
menghemat biaya pengeluaran adanya sistem sirkulasi SAR di pinggir pantai
dengan mengambil suplai air laut secara langsung.
Metode
SAR (Recirculating Aquaculture System) adalah sistem sirkulasi air
dengan menggunakan kembali air budidaya yang telah digunakan sebelumnya dan
telah mengalami penurunan kualitas yang mana tentunya setelah melewati proses
filtrasi terlebih dahulu.
Sebelum
melakukan lebih jauh, pemilihan lokasi budidaya harus sesuai dimana harus
berlokasi dekat dengan pantai dan disarankan tidak terlalu dekat dengan
pemukiman pesisir karena dikhawatirkan mengganggu aktivitas masyarakat pesisir.
Metode
SAR (Recirculating Aquaculture System) sendiri dibagi menjadi dua yaitu
resirkulasi tertutup yaitu dimana air akan di daur ulang 100% dan resirkulasi
semi tertutup yang mana hanya menggunakan sebagian air buangan sehingga masih
membutuhkan penambahan suplai air dari luar. Dalam hal ini lebih disarankan
menggunakan jenis resirkulasi semi tertutup karena selain lokasinya dekat
dengan laut sehingga mudah untuk mendapatkan suplai air juga karena agar
resirkulasi plankton yang menjadi makanan dari terumbu karang tetap berjalan
sehingga dapat memicu pertumbuhan yang optimal dari terumbu karang.
Untuk
proses pengambilan suplai air laut bisa menggunakan pompa air dengan kapasitas
sedot air yang serupa dengan kolam pada umumnya yang mana harganya dipasaran
kisaran Rp.500.0000 sampai Rp.1.500.000 an. Dalam pengambilan air laut pada
ujung pipa yang diletakkan di laut untuk memompa air dipasang filter guna
menyaring organisme yang tidak diperlukan seperti ikan kecil atau semacamnya
dan penempatan pipa juga harus diperhatikan agar tidak malah merusak ekosistem
yang ada disekitarnya.
Sebelum
suplai air laut disebarkan ke kolam harus dilakukan filtrasi pada bak filter
yang berisi penyaringan mekanis, biologi, dan kimia terlebih dahulu untuk
mensterilkan air laut.
Setelah
air dialirkan ke seluruh kolam, air terus dialirkan menuju bak sterililasi
untuk di sterilkan menggunakan sinar ultraviolet dan di resirkulasi kembali,
karena menggunakan resirkulasi semi tertutup jadi hanya menggunakan sebagian
air saja sebagian lagi bisa dialirkan kembali menuju laut.
Dalam
kegiatan budidaya terumbu karang hal yang sangat perlu diperhatikan adalah suhu
dan intensitas cahaya yang sesuai karena terumbu karang sangat sensitif dengan
faktor-faktor tersebut sehingga pengaturan pencahayaan sangat penting dilakukan
dan untuk pengaturan suhu dapat menggunakan chiller yaitu alat
untuk menstabilkan suhu agar sesuai dengan terumbu karang dan jika ingin
mengefisiensi waktu pengecekan bisa menggunakan dosing pump yang bisa di atur timer nya
untuk menyedot nutrisi-nutrisi yang diperlukan terumbu karang. (FN)