JEMBATAN
1. Jembatan
Karya Sutardji Calzoum Bachri
sedalamdalam
sajak takkan mampu menampung airmata bangsa.
Katakata telah lama terperangkap dalam basa basi dalam teduh pakewuh
dalam isyarat dan kilah tanpa makna
maka
lebih baik aku membaca wajah orang berjuta
wajah orang-orang yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota
wajah yang tergusur
wajah yang ditilang malang
wajah para pemuda yang matanya
letih menyimak daftar lowongan kerja
wajah yang tercabikcabik dalam
pengap pabrik
wajah yang disapusapu sepatu
wajah legam para pemulung
yang memungut remahremah pembangunan
wajah yang hanya mampu jadi
sekedar penonton etalase indah
diberbagai plaza
wajah yang diamdiam menjerit
melengking melolong mengucap
tanah air kita satu
bangsa kita satu
bahasa kita satu
bendera kita satu
tapi
wahai saudara satu bendera
kenapa kini ada sesuatu yang terasa jauh diantara kita?
sementara jalanjalan raya mekar dimanamana menghubungkan kota-kota,
jembatanjembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah
yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang
diantara kita?
di
lembah-lembah kusam pada pucuk tulang kersang dan otot linu
mengerang mereka pancangkan koyak moyak bendera hati di pijak
ketidakpedulian pada saudara.
gerimis tak mampu menguncupkan kibarnya.
lalu tanpa tangis mereka menyanyi
padamu negeri
airmata kami
(FuN)