MENGENAL SUKU ASMAT


Suku Asmat berasal dari Papua, Indonesia. Mengutip buku Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya oleh Pram, populasi dari suku Asmat terbagi menjadi yang tinggal di pesisir pantai dan pedalaman.

Kedua populasi ini memiliki perbedaan dalam dialek, cara hidup, struktur sosial dan juga ritual yang dijalankan. Populasi pesisirnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu suku Bisman yang ada di antara Sungai Sinesty dan Sungai Nin dan Suku Simai.

Umumnya, penduduk Asmat memiliki ciri fisik yang khas yaitu, berkulit hitam, berambut keriting, dan tubuh yang cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat pria mencapai 172 cm, sementara wanita adalah 162 cm.

Adapun bahasa yang digunakan adalah bahasa Asmat-Kamoro. Bahasa ini merupakan keluarga dari rumpun bahasa Trans-New Guinea yang dituturkan suku Asmat dan komunitas terkait di selatan Papua Barat.

 

Seni Ukir Suku Asmat

Suku Asmat sangat terkenal dengan seni ukir, pahat dan patungnya yang mempunyai nilai seni tinggi. Mengutip buku Ensiklopedia Keragaman Budaya oleh Nurul Akhmad, bagi mereka, ukiran bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dan juga leluhur.

Pada setiap ukiran, bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat akan kebesaran suku Asmat. Ukiran-ukirannya mengandung simbolis pemikiran mereka tentang kepercayaan yang berorientasi pada pemujaan roh, baik roh nenek moyang, maupun roh-roh alam makhluk lain yang dianggap ikut mempengaruhi kehidupan manusia.

Umumnya, suku Asmat membuat patung tanpa menggunakan sketsa. Menurut kepercayaan mereka, ketika mengukir patung adalah mereka berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam lain.

Mereka mengenal adanya tiga konsep dunia, yaitu Amat ow campinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam persinggahan roh yang sudah meninggal) dan Safar (surga). Menurut kepercayaan mereka, arwah orang meninggal akan mengganggu manusia.

 

Sehingga, demi menyelamatkan manusia, seta menebus arwah maka mereka membuat patung dan membuat pesta. Namun sekarang, suku Asmat tak hanya membuat paung sekadar memenuhi panggilan tradisi, namun mereka juga melayani permintaan untuk tujuan komersial. Pesanannya pun sampai diekspor ke luar negeri.

(FN)